Rabu 18 Dec 2019 20:16 WIB

India Dilanda Kerusuhan Terkait UU Kewarganegaraan

Sebagian menilai UU Kewarganegaraan mendiskriminasi kaum muslim, yang lain mengkhawatirkan serbuan pengungsi. Sejak akhir pekan India dilanda kerusuhan dan demonstrasi berdarah.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Surender Kumar/Student Union of Jamia Milia University
Surender Kumar/Student Union of Jamia Milia University

Puluhan ribu warga India memenuhi jalan-jalan kota New Delhi, Mumbai, Hyderabad dan Kolkata untuk memprotes UU Kewarganegaraan yang baru disahkan. Belasan demonstran dikabarkan mengalami luka-luka ketika polisi anti huru hara menembakkan gas air mata dan menangkap sejumlah tersangka.

Para demonstran membakar ban dan membangun blokade jalan. Kampus-kampus berubah menjadi arena protes. Amandemen UU Kewarganegaraan yang disahkan pekan lalu membuka jalur cepat bagi pencari suaka asal tiga negara, Afghanistan, Pakistan dan Bangladesh, selama bukan pemeluk agama Islam.

Baca Juga

Ketika kaum minoritas khawatir kehilangan kewarganegaraan, warga India lainnya meyakini UU tersebut akan memicu tsunami pengungsi dari negeri jiran.

Baca juga: Tolak Pengungsi Muslim, RUU Keimigrasian India Dikecam

"Saya ingin memastikan kepada sesama warga India bahwa amandemen UU Kewarganegaraan tidak berdampak pada warga negara India, terlepas dari agamanya. Tidak seorangpun perlu merasa khawatir atas UU tersebut. Ia hanya diperuntukkan bagi mereka yang mengalami persekusi dan tidak punya tempat lain untuk berlindung kecuali India," tulis PM Narendra Modi lewat akun Twitternya.

"Ini adalah waktunya untuk merawat perdamaian, persatuan dan persaudaraan."

Empat orang meninggal dunia dalam bentrokan dengan aparat keamanan di negara bagian Assam sejak pekan lalu.

Kerusuhan melanda India sejak Minggu pagi setelah aksi protes mahasiswa Jamia Milia Islamia University di New Delhi berujung baku hantam dengan aparat. Polisi menahan 100 orang mahasiswa selama 24 jam. Tercatat sebanyak 69 orang, di antaranya 30 orang polisi, mengalami cedera.

Kabar brutalitas aparat dalam aksi protes di New Delhi itu memicu amarah mahasiswa lain. Akibatnya bentrokan kembali terjadi antara polisi dengan mahasiswa universitas elit, Aligarh Muslim University, di utara India. Sejak minggu malam, mahasiswa dari Mumbai, Hyderabad, Varanasi, Kolkata dan Chennai ikut turun ke jalan dalam aksi solidaritas.

Namun demikian polisi mengaku bertindak untuk melindungi diri sendiri. Aparat antara lain diserang dengan lemparan batu oleh demonstran. Polisi juga menepis kabar bahwa pihaknya menerabas masuk ke dalam kampus-kampus untuk menyerang mahasiswa.

Untuk meredam aksi protes pemerintah memadamkan akses internet di sejumlah titik api demonstrasi, antara lain di Aligarh, Assam dan Bengal.

Baca juga:Opini: UU Kewarganegaraan Baru India Bertentangan dengan Konstitusi

PM Modi menilai aksi kekerasan yang berkecamuk selama protes "mengkhawairkan." Dia meminta agar semua pihak menahan diri.

"Protes dengan kekerasan terhadap UU Kewarganegaraan adalah sangat disayangkan dan mengkhawatirkan. Debat dan diskusi adalah bagian penting dari Demokrasi. Tapi tidak merusak sarana publik dan mengganggu ketertiban umum adalah etos kita," tulisnya lewat Twitter.

Partai-partai oposisi menilai UU Kewarganegaraan yang baru melanggar konstitusi India yang cendrung sekuler. UU tersebut saat ini sudah diajukan ke Mahkamah Konstitusi untuk dikaji ulang. Namun sebelum menggelar sidang dengar pendapat, Mahkamah Konstitusi terlebih dahulu menyerukan damai dan agar mahasiswa berhenti membuat "kerusuhan."

Sidang dengar pendapat dijadwalkan akan digelar pada pertengahan pekan ini.

rzn/vlz (AP)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement