Kamis 19 Dec 2019 05:17 WIB

Rencanakan Ledakan Pesawat, Khayath Bersaudara Dipenjara 40 Tahun

Keduanya berencana menjatuhkan penerbangan Etihad Airways menuju Abu Dhabi.

Red:
.
.

Dua laki-laki bersaudara dijatuhi hukuman 40 tahun dan 36 tahun penjara karena merencanakan serangan teror bom menggunakan alat penggiling daging di penerbangan internasional dari Sydney yang berhasil digagalkan aparat keamanan Australia.

Perencana serangan bom Khayat bersaudara:

  • Khayat bersaudara dihukum 40 tahun dan 36 tahun penjara
  • Mereka dihukum karena merencanakan aksi serangan bom di sebuah penerbangan Etihad tujuan Abu Dhabi pada Juli 2017
  • Hakim mengatakan mereka telah "membahayakan" rasa aman masyarakat

 

Baca Juga

Khaled Khayat, 51, dan Mahmoud Khayat, 34, berencana menjatuhkan penerbangan Etihad Airways menuju Abu Dhabi dengan perangkat yang disembunyikan di dalam penggiling daging pada Juli 2017.

Bom itu ditempatkan di bagasi saudara ketiga mereka, Amer, yang tanpa sadar membawanya ke pesawat, tetapi rencana itu dibatalkan di Bandara Sydney.

Kedua pria bersaudara itu kemudian merencanakan serangan terpisah dengan menggunakan gas beracun. Tahun ini, dua juri menyatakan mereka bersalah telah berkonspirasi untuk merencanakan aksi terorisme.

Hakim Christine Adamson dalam persidangan Selasa (17/12/2019) mengatakan meskipun tidak ada yang terluka atau mati akibat rencana itu, namun kedua bersaudara itu telah berhasil menciptakan teror di benak masyarakat umum.

"Akibat perilaku mereka, mereka telah mencederai rasa aman anggota masyarakat yang ditargetkan dari aksi mereka," katanya.

"Konspirasi ini jelas menggambarkan ada sejumlah besar orang yang akan terbunuh ... tidak ada yang akan selamat ... tidak ada yang akan sempat mengucapkan selamat tinggal."

Hakim Adamson menjatuhkan hukuman 40 tahun penjara kepada Khaled Khayat dengan masa bebas bersyarat 30 tahun.

Mahmoud Khayat dijatuhi hukuman penjara 36 tahun dengan masa bebas bersyarat 27 tahun.

 

Dalam persidangan sebelumnya, Khaled Khayat mengaku termotivasi untuk mendukung kelompok-kelompok militan yang memerangi rezim Suriah. Rencana ini juga melibatkan saudara laki-laki mereka yang lain, Tarek Khayat, seorang anggota senior ISIS di luar negeri, dan seorang pria yang dikenal sebagai "pengontrol".

Pada bulan-bulan menjelang serangan itu, sejumlah komponen bahan peledak dipasang dari Turki ke Australia. Tarek dan 'pengontrol' menggunakan aplikasi ponsel terenkripsi untuk mengirim instruksi dan video tentang cara merakit bom.

Komponen itu kemudian dirakit pada Juli 2017 di salah satu garasi milik kedua pria bersaudara itu.

Di Bandara Sydney, Amer Khayat, yang telah diminta untuk membawa hadiah untuk keluarganya di luar negeri, diminta untuk mengepak kembali kopernya oleh seorang karyawan karena kelebihan bagasi.

Hakim Adamson menemukan "kesimpulan meyakinkan" dari bukti-bukti yang ditemukan bahwa Khaled Khayat menyingkirkan bom itu karena dia pikir risiko deteksi terlalu besar.

Plot itu terungkap dua minggu kemudian, sebagian berkat petunjuk dari otoritas Israel.

Khaled Khayat berargumen di persidangan bahwa dia hanya berpura-pura bekerja sama dengan rencana itu untuk mencegah Tarek dan pengontrol menemukan orang yang lebih bersedia untuk melaksanakannya.

Mahmoud Khayat mengaku tidak bersalah karena hanya membantu rencana ini karena pertimbangan kewajiban sebagai anggota keluarga saja.

 

Hakim Adamson menemukan bahwa Khaled Khayat lebih bersalah daripada adiknya, tetapi mengatakan kemampuan bahasa Inggris Mahmoud yang mencukupi dan pengetahuan tentang teknologi membantu memajukan rencana tersebut.

Dia mengatakan Tarek dan pengontrolnya adalah "otak" dari konspirasi ini, sementara duo yang berbasis di Sydney, New South Wales (NSW) itu memainkan peran "penting" untuk melaksanakannya di Australia.

Tarek Khayat telah dijatuhi hukuman mati di luar negeri, tetapi persidangan mengungkapkan dia telah diberi penangguhan hukuman karena menderita kanker paru-paru dan peluang hidupnya tidak lama lagi.

Sementara Amer Khayat, yang telah diasingkan dari saudara-saudaranya, menghabiskan dua setengah tahun di penjara Beirut yang terkenal setelah dia ditangkap di luar negeri.

Dia dibebaskan dari keterlibatan apa pun oleh pengadilan militer pada bulan September.

Pekan lalu, dia mengatakan dia masih mencintai saudara-saudaranya meskipun mereka berusaha menjebaknya karena bagaimanapun mereka saudara kandung.

Diterbitkan ulang dari artikel berbahasa Inggris di situs ABC Australia disini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement