Rabu 18 Dec 2019 06:34 WIB

49 Jurnalis Terbunuh dan Lebih Banyak Lagi yang Dipenjara

Jumlah jurnalis yang dipenjara di seluruh dunia meningkat.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
jurnalis di penjara (ilustrasi)
Foto: www.examiner.com
jurnalis di penjara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Reporters Without Borders (RSF) merekam, sebanyak 49 jurnalis di seluruh dunia telah terbunuh. Angka itu dinilai terendah dalam 16 tahun terakhir, tetapi jumlah jurnalis yang dipenjara meningkat.

Jurnalis sebagian besar meninggal karena meliput konflik di Yaman, Suriah, dan Afghanistan. Organisasi pengawas jurnalis yang berbasis di Paris itu juga memperingatkan, bahwa jurnalisme tetap merupakan profesi yang berbahaya.

Baca Juga

Rata-rata sekitar 80 jurnalis per tahunnya telah kehilangan nyawa selama dua dekade terakhir. Meski begitu, kepala RSF Christophe Deloire memperingatkan bahwa jumlah jurnalis yang dibunuh di negara-negara yang diperkirakan damai, juga masih sangat tinggi. Hal itu seperti di Meksiko dengan 10 jurnalis meninggal.

"Amerika Latin, dengan total 14 wartawan terbunuh di seluruh benua, telah menjadi sama mematikannya seperti di Timur Tengah," ujar Deloire seperti dilansir Channel News Asia, Rabu (18/12).

Sementara itu, ia mengatakan penurunan jumlah korban jiwa di zona konflik merupakan sesuatu yang mesti dirayakan. "Semakin banyak jurnalis yang dibunuh karena pekerjaan mereka di negara-negara demokratis, yang merupakan tantangan nyata bagi demokrasi," ujarnya menambahkan.

Menurut RSF, lebih sedikit jurnalis yang mengalami kondisi kritis. Namun, lebih banyak berakhir di balik jeruji besi.

Sekitar 389 jurnalis ditahan pada 2019. Angka itu naik 12 persen dari tahun lalu. Hampir setengahnya kebanyakan dipenjara di tiga negara, China, Mesir, dan Arab Saudi.

"China, yang telah mengintensifkan penindasannya terhadap minoritas (sebagian besar Muslim) Uighur, menahan sepertiga dari wartawan yang dikurung di dunia," kata RSF.

Sementara itu, 57 jurnalis disandera di seluruh dunia, sebagian besar di Suriah, Yaman, Irak, dan Ukraina. "Tidak ada pembebasan sandera yang penting tahun ini meskipun ada perkembangan besar di Suriah," kata RSF, yang membuatnya khawatir akan hal terburuk bagi banyak dari mereka yang diculik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement