REPUBLIKA.CO.ID, DENVER -- Puluhan ribu warga Amerika Serikat (AS) menggelar unjuk rasa mendukung pemakzulan Presiden Donald Trump. Unjuk rasa digelar dari Times Square, New York hingga di beberapa kota kecil di seluruh AS.
Kelompok liberal mengorganisir 600 unjuk rasa dari Alaska sampai Florida. Beberapa pengunjuk rasa memang sudah sering mengikuti aksi serupa. Sementara beberapa orang lainnya baru pertama kali mengikuti unjuk rasa politik.
"Saya sangat yakin Konstitusi sedang diserang, ini bukan melebih-lebihkan. Saya pikir saat ini kami memiliki presiden yang percaya ia dapat di atas hukum," kata Glenn Conway, warga North Carolina, Rabu (18/12).
Unjuk rasa ini menjadi demonstrasi pertama laki-laki berusia 62 tahun itu dalam 30 tahun terakhir. Unjuk rasa ini terbilang kecil dibandingkan unjuk rasa Woman Marches yang digelar satu hari setelah pelantikan Trump.
Di San Francisco, seorang seniman Marti McKee membagikan spanduk kepada pengunjuk rasa sejak tahun 2016. Ia terkejut bagaimana isu pemakzulan dapat menarik begitu sedikit orang untuk turun ke jalan dibandingkan isu-isu lainnya.
"Ini mengesalkan, mengingat kami sedang berbicara tentang korupsi yang berdampak pada demokrasi kami, saya tidak mengerti mengapa semua orang tidak turun ke jalan," kata McKee.
Di Denver Thaddeus Bruno, 41 tahun, meratapi betapa sedikitnya orang yang turun ke jalan. Temannya membagikan spanduk bertuliskan 'Trump-sakit' atau hal-hal buruk seputar presiden.
Beberapa aktivis menyadari pemakzulan tidak membangkitkan orang seperti isu yang berkaitan dengan nyawa seperti kesehatan, senjata api, atau perubahan iklim. Jajak pendapat baru-baru ini memperlihatkan masyarakat AS terpecah menjadi dua kelompok dalam isu menyingkirkan Trump dari kursi presiden.