Kamis 19 Dec 2019 16:31 WIB

Mahathir Mohamad Ungkap Solusi Hadapi Islamofobia

Mahathir mengatakan menghadapi Islamofobia harus dimulai dari internal umat Islam.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad menyampaikan pidato pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur Summit (KTT KL Summit) yang diikuti 56 negara muslim di Kuala Lumpur Convention Center, Kamis (19/12/2019).
Foto: Antara/Agus Setiawan
Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad menyampaikan pidato pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur Summit (KTT KL Summit) yang diikuti 56 negara muslim di Kuala Lumpur Convention Center, Kamis (19/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad telah membuka Kuala Lumpur (KL) Summit pada Kamis (19/12). Saat memberi pidato pembukaan, terdapat beberapa hal yang disinggung Mahathir, satu di antaranya adalah upaya memerangi Islamofobia.

Dia mengisyaratkan usaha menghadapi dan memerangi Islamofobia harus dimulai dari internal umat Islam. Dalam konteks itu, Islam telah mengajarkan umatnya untuk tidak melakukan kekerasan, apalagi tindakan teror.

Baca Juga

Namun hal tersebut dapat dinegasikan jika umat masih bertindak demikian dengan didorong kemarahan. "Selama kita bertindak dalam kemarahan, selama kita melakukan hal-hal yang menakuti orang, dan lebih buruk lagi jika kita menyatakan bahwa kita mempraktikkan jihad Islam, ketakutan terhadap Muslim dan Islam tidak akan berkurang," kata Mahathir, dikutip laman The Sun Daily.

Dia berpendapat citra buruk Islam lebih banyak disebabkan oleh umatnya sendiri. Terutama mereka yang melakukan aksi teror dengan dalih berjihad. "Kita mungkin mengklaim melakukan jihad, tapi hasilnya lebih banyak penindasan terhadap Muslim di mana-mana," ujarnya, mengutip contoh di mana umat Islam terusir dari negara mereka sendiri, ditolak negara-negara suaka, ditindas, dan dikutuk.

"Kita marah dan frustrasi. Kita tidak bisa mengobarkan perang konvensional. Tidak ada negara yang akan membantu kita. Tapi meski begitu, apa yang kita dapatkan dari tindakan kekerasan yang membabi buta seperti itu? Tidak ada," kata Mahathir.

Ia menyinggung tentang beberapa anggapan bahwa tindakan teror itu dilakukan mazhab Muslim lain yang dicap bukan pengikut Islam sebenarnya. "Tapi para pencela dan korban tidak peduli dengan berbagai mazhab kita. Bagi mereka, kita semua adalah Muslim. Perbedaan antara mazhab atau sekte tidak relevan," ucapnya.

Pada kesempatan itu, dia turut menyinggung tentang tak adanya satu pun negara Muslim yang diklasifikasikan sebagai negara maju meskipun memiliki kekayaan sangat besar. Dunia Muslim tak lagi menjadi sumber pengetahuan manusia atau model dari peradaban.

Saat ini Islam telah kehilangan rasa hormat dari dunia. Hal itu mungkin menjadi sebuah kesuraman. Menurut Mahathir umat Muslim harus merenungkan masa lalu ketika peradaban Islam berjaya.

"Ini juga fakta bahwa Islam adalah peradaban yang hebat ketika penganutnya mengamati ajaran Islam yang sebenarnya, ketika mereka dipersatukan, bekerja keras, dan ingin belajar serta menjelajahi dunia dalam mencari pengetahuan," ujar Mahathir.

KL Summit dihadiri ratusan pejabat pemerintah, pengusaha, perwakilan masyarakat sipil, dan pakar dari berbagai sektor di dunia Muslim. Sejumlah pemimpin seperti Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Iran Hassan Rouhani turut berpartisipasi dalam konferensi yang diselenggarakan selama tiga hari tersebut.

Setidaknya ada beberapa isu yang hendak dibahas dalam KL Summit, antara lain krisis Rohingya, dugaan penahanan Muslim Uighur di Xinjiang, perang Yaman, ketimpangan gender, kesenjangan ekonomi, dan Islamofobia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement