Kamis 19 Dec 2019 16:59 WIB

Demonstrasi Krisis Iklim Sasar Kediaman PM Australia

Australia menghadapi serangkaian kebakaran hutan akibat krisis iklim.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
 Perdana Menteri Australia Scott Morrison
Foto: EPA-EFE/Peter Rae
Perdana Menteri Australia Scott Morrison

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY — Sejumlah demonstran menggelar aksi unjuk rasa di luar kediaman resmi Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Sydney pada Kamis (19/12). Mereka menyuarakan protes atas masalah iklim global yang berdampak ke negara itu. 

Australia saat ini sedang dilanda gelombang panas, yang dalam dua hari terakhir mengakibatkan lonjakan suhu, tepatnya pada Selasa (17/12) dan Rabu (18/12) kemarin. Panas terik yang terjadi tercatat menjadi yang terparah selama musim panas di Negeri Kangguru itu berlangsung. 

Baca Juga

Selain itu, Australia menghadapi serangkaian kebakaran hutan, yang dalam insiden ini secara keseluruhan membuat enam orang tewas dan ratusan rumah hancur. Salah satu negara bagian yang mengumumkan status darurat adalah New South Wales, dengan lebih dari 100 kebakaran yang terjadi dengan suhu dan angin yang memperburuk situasi. 

“Pesan kami kepada Morrison adalah agar dia pulang. Meskipun ia berhak libur, tetapi itu tidak boleh dilakukan pada saat Australia sedang dalam krisis,” ujar Ambrose Hayes, salah satu demonstran, yang juga merupakan seorang murid di sekolah menengah berusia 14 tahun, dilansir Independent.

Menanggapi pernyataan demonstran, Wakil Perdana Menteri Australia, Michael McCormack mengkritik dan mengatakan bahwa para pengunjuk rasa hanya membuang waktu dengan melakukan aksi di luar sebuah rumah yang kosong. Ia yang berbicara melalui wartawan di Rural Fire Service Sydney mengatakan agar mereka sebaiknya melakukan sesuatu yang lain. 

“Pergi dan lakukan sesuatu yang produktif. Faktanya, Tuan Perdana Menteri tidak berada di sana dan sedang menghabiskan hari libur yang layak didapatkannya,” kata McCormack.

Morrison menghadapi kemarahan publik atas kebijakan perubahan iklim yang ditetapkan di negara itu. Para pengunjuk rasa di Sydney menuntut pemerintah membatalkan semua proyek batubara dan gas baru, serta transisi 100 persen energi terbarukan. 

Selain itu, demonstran meminta agar kerangka kerja pendanaan untuk pekerja bahan bakar fosil diciptakan. Pada awalnya, para menteri dalam kabinet pemerintahan meremehkan anggapan bahwa perubahan iklim bisa memperburuk kebakaran hutan. 

Termasuk di antara pihak yang mengabaikan anggapan itu adalah McCormack. Ia mengatakan bahwa kebakaran hutan di Australia telah terjadi sejak lama. 

Meski demikian, Morrison mengakui bahwa perubahan iklim adalah salah satu faktor dalam masalah itu. Tetapi, ia bersikeras bahwa kebijakan dari Australia saja tidak dapat mempengaruhi iklim global. 

Namun, para pakar dunia, serta PBB dan 2020 Climate Change Performance Index mengatakan Australia harus meningkatkan langkah untuk memenuhi komitmen dalam masalah emisi. Mereka juga mengkritik pemerintahan yang dipimpin Morrison karena dinilai tidak melakukan tindakan dengan segera.

Seorang dokter lokal, Kim Loo, memperingatkan bahwa krisis lingkungan yang terjadi itu bukan hanya keadaan darurat untuk lingkungan semata, tetapi juga masalah kesehatan seluruh mahluk hidup. Ia mengatakan bahwa adalah kelalaian untuk tidak melakukan apapun tentang mitigasi atau adaptasi. Menambang, membakar, mengekspor minyak, batu bara, dan gas merupakan aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan karena dapat semakin memicu krisis.

"Dan ini adalah krisis terbesar bagi kesehatan kita di abad ke-21,” ujar Kim Loo. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement