REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Dua pekan aksi demonstrasi yang kerap berujung kerusuhan di India telah menewaskan 24 orang. Jumlah korban tewas melonjak pada Jumat di negara bagian India yang paling padat penduduknya, Uttar Pradesh.
Dilansir Gulf News, Uttar Pradesh menjadi tempat paling banyak memakan korban hingga sedikitnya 15 orang tewas, termasuk seorang bocah lelaki berusia delapan tahun yang terinjak-injak hingga tewas. Di Rampur, Uttar Pradesh, satu orang tewas ketika polisi yang bersenjatakan tongkat menggunakan gas air mata terhadap kerumunan orang yang melempari batu.
Sebagian besar penahanan juga terjadi di Uttar Pradesh. Lebih dari 100 telah ditangkap dalam sehari dan 3.305 ditahan sejak Kamis.
Di New Delhi, sekitar 10 ribu demonstran di luar Universitas Jamia Millia Islamia mengumpulkan tanda tangan untuk petisi menuntut undang-undang kewarganegaraan dihapuskan. Universitas adalah tempat bentrokan akhir pekan lalu di mana mahasiswa menuduh polisi menggunakan kekuatan berlebihan.
Kemarahan warga tumbuh oleh sebab langkah pemerintah dalam mengesahkan Undang-Undang Kewarganegaraan. Negara memberi jalan lebih mudah mendapatkan kewarganegaraan India dari tiga negara tetangga, namun tidak jika mereka adalah Muslim.
Para kritikus mengatakan undang-undang itu mendiskriminasi kaum Muslim. Mereka juga menilai UU merupakan bagian dari agenda nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi, meski hal itu dibantah partai politiknya.
Atas dasar kerusuhan yang menggema di sleuruh India, pihak berwenang telah memberlakukan undang-undang darurat, memblokir akses internet, dan menutup toko-toko di daerah sensitif di seluruh negeri dalam upaya untuk mengatasi kerusuhan. Lebih dari 7.000 orang telah ditahan di bawah undang-undang darurat atau ditangkap karena kerusuhan.
Polisi Uttar Pradesh mengatakan mereka telah menangkap 705 orang yang terlibat dalam protes. Namun, penangkapan itu tidak menemukan hasil apapun dalam tujuan utama menghentikan penyebaran demonstrasi di seluruh negeri.
Protes digelar Sabtu di berbagai negara bagian, termasuk di kota Chennai, Delhi, Gurgaon, Kolkata, dan Guwahati. Ketika hari libur di ibu kota New Delhi, para demonstran mengangkat telepon genggam mereka sebagai obor di luar Masjid Jama, masjid terbesar di India, untuk menunjukkan ketidaksepakatan terhadap UU itu.
Polisi mengatakan, di Patna, di negara bagian Bihar timur, tiga demonstran menderita luka tembak dan enam lainnya terluka dalam bentrokan melempar batu dengan kontra-demonstran. Pada aksi demonstrasi yang melibatkan semua wanita di Guwahati, para peserta mengatakan, bahwa warga India memang sudah waktunya untuk berbicara.
"Kami keluar untuk memperjuangkan tanah air kami, kami datang untuk bertarung tanpa senjata dan amunisi, kami akan bertarung secara damai," kata salah satu pemrotes, Lily Dutta.