REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Vladimir Putin pada Senin (23/12) meresmikan jalur kereta api yang menghubungkan dua kota di Rusia ke Krimea.
Putin mengatakan jalur kereta itu membuktikan bahwa Rusia bisa menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur berskala raksasa. Putin meresmikan layanan penumpang itu dengan naik kereta melintasi jalanan dan jembatan kereta, yang dibangun Rusia untuk menghubungkan Krimea ke Rusia selatan setelah rute yang melintasi Ukraina ditutup.
"Melalui karya, kemampuan dan tekad, kalian menunjukkan bahwa Rusia mampu menjalankan proyek-proyek infrastruktur berkelas dunia seperti ini. Dan jembatan ini adalah yang terpanjang, bukan hanya di Rusia tapi juga di Eropa," kata Putin di depan para pekerja konstruksi.
Uni Eropa, melalui sanksi yang diterapkannya, melarang warga dan perusahaan negara-negara Eropa menanamkan modal di Krimea, termasuk pada sektor transportasi dan infrastruktur. Sanksi tersebut telah menyulitkan Rusia dalam membangun jembatan senilai 212 miliar rubel (sekitar Rp 47 triliun) tersebut.
Pembangunan jembatan sepanjang 19 kilometer itu ditentang oleh Ukraina, yang mengatakan bahwa pihaknya menginginkan Krimea kembali. Kremlin menepis kemungkinan semenanjung Laut Hitam itu dikembalikan ke Ukraina.
Jembatan tersebut dirancang untuk menyatukan Krimea ke dalam perekonomian Rusia serta mengakhiri pengucilan wilayah itu dengan mengizinkan Rusia mengirimkan pasokan ke sana melalui jalan raya dan jalur kereta api, juga lewat laut dan udara.
Putin mengatakan rute baru kereta api itu tahun depan akan melayani sekitar 14 juta penumpang serta 13 juta ton kargo.
Dalam keterangan Dubes Rusia Lydmila Vorobieva yang dikirimkan ke Republika.co.id pada Rabu (25/12), pembukaan jalur kereta api ke Krimea tersebut merupakan bukti Rusia memenuhi janjinya mengembangkan wilayah tersebut untuk infrastruktur, serta pembangunan sosial dan ekonomi. Menurut dia, Krimea bergabung dengan Rusia merupakan ekspresi kemauan bebas oleh warganya. Hal itu berdasarkan hasil referendum yang dilakukan pemerintah Krimea dan Sevostopol pada 16 Maret 2014, di mana 96,57 persen warga yang ikut memberikan suara, mendukung bergabung dengan Federasi Rusia.