Selasa 24 Dec 2019 17:57 WIB

Uni Eropa Kecam Rel KA Hubungkan Rusia dan Krimea

Pembangunan rel KA dari Rusia ke Krimea dinilai pelanggaran kedaulatan Ukraina.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Bendera Uni Eropa.
Foto: EPA/Patrick Seeger
Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, KRIMEA -- Uni Eropa mengecam operasional jembatan dan rel kereta yang menghubungkan Rusia dengan Krimea. Eropa berpendapat bahwa hal tersebut merupakan pelanggaran lain yang dilakukan Rusia terhadap kedaulatan Ukraina.

Juru bicara Uni Eropa Peter Stano mengatakan, operasional jembatan bernama Kerch Strait itu merupakan kelanjutan paksa integrasi Rusia dan Krimea. Dia mengatakan bahwa apa yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan hal ilegal.

Baca Juga

"Keberadaan jembatan itu juga membatasi jalan bebas hambatan bagi kapal yang menuju ke pelabuhan Ukraina di Laut Azov," kata Peter Stano seperti dikutip BBC, Selasa (24/12).

Kecaman serupa juga disampaikan pemerintah Ukraina berkenaan dengan keberadaan jembatan penghubung rel tersebut. Kantor kepresidenan Ukraina di Krimea menegaskan bahwa hal itu menunjukkan sikap abai Rusia terhadap hukum internasional yang diakui secara universal.

Kendati, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya sempat bertemu dengan Putin di KTT internasional pertama  pada awal bulan ini. Kegiatan diadakan dengan tujuan menyelesaikan konflik di Ukraina timur.

Pemerintah Ukraina dan Rusia juga telah sepakat untuk saling bertukar tahanan pada akhir bulan ini sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketegangan. Namun, Zelensky mengatakan, operasional jembatan tersebut bertolak belakang dengan semangat perdamian kedua negara. 

Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin telah meresmikan jembatan kereta api ke semenanjung Krimea. Jembatan sepanjang 19 kilometer itu dibangun guna mengantarkan pasokan ke Semenanjung Krimea yang sebelumnya menggunakan jalur laut dan udara.

Putin juga sempat mengungkapkan bahwa jutaan mobil telah melintasi jembatan tersebut. Sementara, kereta yang melintasi jembatan itu ditargetkan bakal mengangkut sekitar 14 juta penumpang dan 13 juta ton barang pada 2020 nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement