REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Momen perayaan Natal berubah kacau di wilayah pusat Filipina akibat terjangan badai topan Phanfone, Rabu (25/12). Angin disertai hujan deras merusak rumah, memutus aliran listrik, serta membuat para pelancong terlantar.
Topan Phanfone yang termasuk dalam kategori 2 menurut Tropical Storm Risk itu meniupkan angin berkecepatan 120 km/jam dengan embusan mencapai 150 km/jam. Lebih dari 4.000 orang telah dievakuasi dari wilayah Visayas Timur, Filipina pusat. Tidak ada laporan korban tewas.
Gambar yang diunggah oleh Paul Cinco, seorang warga Tanauan, Provinsi Leyte, menunjukkan sapuan angin yang amat kuat serta kerusakan yang diciptakan dalam semalam.
“Akibat yang ditimbulkan tentu saja membuat kami amat bersedih karena ini hari Natal namun tidak terasa seperti Natal. Walaupun begitu, kami bersyukur bisa selamat. Tidak ada kerusakan parah yang dilaporkan,” kata pejabat berwenang tersebut.
Lebih dari 20 ribu penumpang dan 157 kapal juga terlantar di dermaga pada Rabu ini, dan setidaknya 60 penerbangan domestik telah dibatalkan. Laporan media lokal menyebutkan bahwa 100 rumah di jalur badai topan tersebut rusak dalam semalam.
Rata-rata 20 fenomena topan terjadi di Filipina setiap tahun, disertai dengan badai mengerikan pada beberapa tahun belakangan. Sebagai kilas balik, dari 6.000 orang tewas dan 200.000 rumah rusak akibat topan Haiyan, badai topan terbesar yang menyebabkan tanah longsor di Filipina yang terjadi enam tahun lalu.