REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencetak kemenangan telak dalam pemilihan internal Partai Likud. Hasil resmi yang dikeluarkan oleh Likud menunjukkan Netanyahu meraih 41.792 suara, atau 72 persen, sedangkan pesaingnya Gieo Saar meraih 15.885 suara, atau 28 persen.
Kemenangan tersebut menandakan bahwa Netanyahu kembali memimpin Partai Likud, dan bersiap untuk menghadapi pemilihan umum ulang nasional ketiga kalinya Maret tahun depan. Dengan kemenangan ini, Netanyahu mempertahankan harapannya untuk mendapatkan kekebalan dari tuntutan setelah bulan lalu didakwa atas serangkaian tuduhan korupsi.
"Ini adalah kemenangan besar. Terima kasih kepada anggota Likud atas kepercayaan, dukungan dan cinta kalian. Atas izin Tuhan, saya akan memimpin Likud menuju kemenangan besar dalam pemilihan mendatang," ujar Netanyahu dalam Twitternya.
Dalam cicitannya di Twitter, Saar memberikan ucapan selamat kepada Netanyahu. Saar mengatakan, dia akan mendukung perdana menteri dalam pemilihan umum nasional.
"Saya tidak menyesal dengan keputusan saya untuk berpartisipasi dalam pemilihan. Siapa pun yang tidak siap mengambil risiko, maka dia tidak akan pernah menang," ujar Saar.
Pemilihan umum nasional tahun depan akan menjadi pertarungan sengit antara Partai Likud dan rivalnya, Partai Blue and White. Dalam pemilihan pada September, Partai Likud dan Partai Blue and White tidak dapat mengamankan suara mayoritas di parlemen, serta gagal membentuk pemerintahan. Jajak pendapat memprediksikan, pemilihan umum nasional pada Maret 2020 akan menuai hasil yang sama dengan pemilihan sebelumnya.
Netanyahu yang telah memimpin Israel selama satu dekade terakhir mempertahankan posisinya di atas hak politik dengan menumbuhkan citra sebagai negarawan yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden AS Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin dan para pemimpin dunia lainnya. Penolakannya untuk memberikan konsesi kepada Palestina mulai dihargai setelah Trump berkuasa, tepatnya ketika AS secara terbuka berpihak pada Israel pada beberapa masalah utama.
Pendekatan Netanyahu ke Iran juga terbukti populer. Dia adalah penentang keras perjanjian nuklir Iran 2015, sejak Trump menarik diri dari perjanjian itu. Gelombang serangan Israel di Suriah, Libanon dan Irak telah menjadi klaim Netanyahu untuk melindungi Israel dari musuh-musuhnya.
Seorang profesor ilmu politik di Universitas Ibrani Yerusalem, Reuven Hazan mengatakan kemenangan Netanyahu dalam pemilihan internal Partai Likud tidak akan berdampak pada pemilihan umum nasional. "Ini hanya berarti bahwa dia berhasil mempertahankan kendali atas partai. Pemilihan tidak ada artinya kecuali dia terlihat baik. Dia terlihat kuat," ujar Hazan.
Pada bulan November, Netanyahu didakwa atas tuduhan penipuan, pelanggaran kepercayaan dan menerima suap. Dia menolak dakwan tersebut, dan mengatakan bahwa tuduhan itu merupakan percobaan kudeta terhadap dirinya.
Hukum Israel mengharuskan pejabat publik untuk mengundurkan diri jika didakwa melakukan kejahatan. Tetapi hukum tidak berlaku untuk perdana menteri.
Hazan mengatakan, selama Netanyahu menjabat sebagai perdana menteri, dia dapat menggunakan posisinya untuk mengkritik jaksa penuntut. Dia juga dapat menawarkan bantuan politik dengan harapan menggalang mayoritas anggota parlemen untuk memberinya kekebalan dari tuntutan hukum.
"Permainannya adalah menjadi perdana menteri karena itu adalah perisai dari dakwaan," kata Hazan.
Minggu depan, Mahkamah Agung akan mempertimbangkan apakah anggota parlemen yang didakwa dapat ditugaskan untuk membentuk peerintahan baru. Keputusan ini berpotensi mendiskualifikasi Netanyahu dalam memimpin pemerintahan berikutnya. Namun, masih belum diketahui kapan keputusan tersebut akan dijatuhkan.