Senin 30 Dec 2019 06:43 WIB

Demonstran Irak Tutup Ladang Minyak

Ladang minyak tersebut menghasilkan 90 ribu barel per hari minyak mentah.

Massa anti pemerintah melemparkan batu ke arah petugas keamanan dalam unjukrasa di Baghdad, Irak, Kamis (28/11).
Foto: Khalid Mohammed/AP Photo
Massa anti pemerintah melemparkan batu ke arah petugas keamanan dalam unjukrasa di Baghdad, Irak, Kamis (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Para pengunjuk rasa Irak menerobos ladang minyak Nassiriya di Irak Selatan, Sabtu (28/12) waktu setempat. Mereka kemudian memaksa karyawan memutus aliran listrik dari stasiun kendali.

Dilansir al-Arabiya, akibat aksi pendemo tersebut, ladang minyak tidak bisa beroperasi hingga pemberitahuan lebih lanjut. Ladang minyak tersebut menghasilkan 90 ribu barel per hari minyak mentah.

Baca Juga

Para pengunjuk rasa memaksakan penutupannya dengan berteriak, "Tidak ada tanah air, tidak ada minyak," atau "Jika kita tidak memiliki tanah air, kita tidak punya minyak."

Pekikan "kami menginginkan tanah air" telah menjadi semboyan protes yang telah melanda Irak sejak 1 Oktober 2019. Para pengunjuk rasa menuntut perbaikan sistem politik yang dinilai sangat korup, sehingga membuat sebagian besar rakyat Irak terbelenggu dalam kemiskinan yang nyata.

Sejak aksi protes mendera, 450 orang tewas. Meski begitu, insiden penutupan kilang minyak mentah Irak ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan. Sebelumnya, para pengunjuk rasa hanya memblokir pintu masuk ke kilang minyak dan pelabuhan.

Ekonomi Irak bergantung pada ekspor minyak yang menghasilkan lebih dari 90 persen pendapatan untuk produsen terbesar kedua OPEC. Tidak ada perusahaan asing yang beroperasi di ladang minyak.

Para pengunjuk rasa menuntut penghapusan seluruh elite penguasa yang dianggap memperkaya diri sendiri dari negara. Pengunjuk rasa juga menuntut dihilangkannya kekuatan asing, terutama Iran karena banyak rakyat Irak merana dalam kemiskinan tanpa pekerjaan, layanan kesehatan, atau pendidikan. Mereka juga menuntut penunjukan perdana menteri tanpa afiliasi partai.

Presiden Irak Barham Salih pada Kamis (26/12) menolak untuk menunjuk calon blok parlemen yang didukung Iran untuk perdana menteri. Dia mengatakan, lebih suka mengundurkan diri dibandingkan menunjuk seseorang ke posisi yang akan ditolak oleh pengunjuk rasa. Hal ini diprediksi akan memperpanjang kebuntuan politik selama berpekan-pekan.

Kementerian Perminyakan Irak mengatakan, penutupan kilang minyak Nassiriya tidak akan berdampak pada operasi ekspor dan produksi minyak negara itu. Dalam pernyataannya pada Ahad (29/12), kementerian minyak Iran mengatakan, akan menggunakan produksi dari kilang minyak di Basra untuk menutupi hilangnya pengiriman minyak dari kilang Nassiriya.

Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Irak (IHCHR) mengumumkan, setidaknya 68 orang dilaporkan hilang sejak dimulainya demonstrasi di Irak tengah dan selatan. Sebanyak 12 orang dari mereka yang ditangkap dua pekan lalu kini dibebaskan oleh pihak berwenang Karbala. Masih ada 56 orang lagi menghilang tanpa informasi keberadaan mereka.

IHCHR bekerja sama dengan tim antipenculikan di Kementerian Dalam Negeri Irak terus mencari dan menyelidiki nasib para aktivis yang hilang. "Kami akan menyelamatkan mereka sesegera mungkin," tulis pernyataan IHCHR seperti dikutip dari Kurdistan 24, Ahad (29/12).

Untuk menghormati korban meninggal dunia selama aksi unjuk rasa, tujuh seniman Irak mengukir beberapa patung. Salah satu patung menggambarkan pengunjuk rasa dengan tabung gas air mata di matanya. Yang lain, menunjukkan seorang sopir truk yang meninggal saat membantu mengevakuasi demonstran yang terluka ketika bentrokan. Yang ketiga, mengilustrasikan tangan seorang demonstran yang memancarkan tanda kemenangan dan diwarnai oleh bendera Irak.

Patung-patung tersebut berjajar di Tahrir Square, Baghdad. Bagi seniman Irak Mahdi Qarnous, pameran yang baru-baru ini diresmikan merupakan bagian protes terhadap antipemerintah Irak.

Dia mengatakan, kegiatan tersebut untuk mengabadikan pengunjuk rasa yang terbunuh dan diculik selama demonstrasi berlangsung. Hal ini sekaligus membuka peluang bagi anak muda berbakat Irak menyalurkan bakat mereka.

Qarnous merekrut tujuh seniman muda yang tidak berpendidikan dan pengangguran dari Tahrir Square. Dia lantas menempatkan mengikutkan mereka pada kursus intensif selama enam pekan.

"Kami melihat kegiatan ini sebagai bagian dari protes yang sedang berlangsung dan monumen peringatan bagi para martir kami dan sesama pengunjuk rasa yang diculik," kata dia. n fergi nadira/lintar satria, ed: qommaria rostanti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement