REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dilaporkan memimpin pertemuan penting para pejabat partai yang berkuasa, Partai Buruh Korea, pada Ahad (29/12) waktu setempat. Hal ini dilakukan menjelang batas waktu akhir tahun bagi Amerika Serikat (AS) untuk mengubah sikap terkait negosiasi nuklir yang mandek.
Pertemuan ini menjadi pusat perhatian. Beberapa pengamat memprediksi kemungkinan Korut akan menggunakan rapat ini untuk mengumumkan mereka menghentikan proses diplomasi dengan AS dan mencabut moratorium uji coba senjata berat.
Sesi rapat pada pertemuan penting ini menimbulkan spekulasi luas Pyongyang bersiap menguji rudal balistik antarbenuanya sebagai "kado" untuk Washington. Kantor berita KCNA dilansir Channel News Asia melaporkan, Kim memimpin pertemuan guna membahas pendirian independen yang transparan dan antiimperialis.
"Partai Buruh Korea yang berkuasa juga akan membahas hal-hal penting yang timbul dalam pembangunan negara dan pertahanan nasional," demikian dilaporkan KCNA," Ahad (29/12).
Pembukaan rapat paripurna partai kali ini dilakukan sepekan setelah Kim bertemu para pejabat tinggi pertahanan dan membahas peningkatan kemampuan militer negara itu. KCNA menyebutkan, rapat "sesi hari pertama". Kalimat tersebut mengindikasikan pertemuan akan berlangsung selama beberapa hari.
Pyongyang telah melakukan serangkaian uji statis di fasilitas roket Sohae bulan ini. Sejumlah senjata diluncurkan dalam beberapa pekan terakhir. Beberapa di antaranya digambarkan sebagai rudal balistik oleh Jepang dan negara lainnya.
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengendarai seekor kuda putih di Gunung Paektu, Korut. Foto dirilis pada Rabu (16/10).
Di bawah sanksi PBB, Korut dilarang melakukan tes semacam itu. Pembicaraan menyoal denuklirisasi semenanjung Korea sebagian besar mengalami kebuntuan sejak pertemuan puncak kedua antara Kim dan Presiden AS Donald Trump di Hanoi tahun ini.
"Kami akan mencari tahu apa kejutannya dan kami akan menghadapinya dengan sangat sukses," kata Trump ketika ditanya tentang "kado" pada tenggat waktu Korut.
"Semua orang punya kejutan untuk saya, tapi mari kita lihat apa yang terjadi. Aku menanganinya saat mereka datang," ujarnya menambahkan.
Meski begitu, mantan penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengkritik penanganan presiden atas masalah ini. Dia mengklaim, Pyongyang merupakan ancaman serius.
Presiden AS telah menginvestasikan sejumlah besar modal politik dalam upayanya membujuk Kim untuk mengakhiri isolasi Korut dan melepaskan senjata nuklirnya. Namun, hanya ada sedikit kemajuan setelah tiga pertemuan tatap muka dan banyak pertukaran surat antara kedua pemimpin itu.
Setelah pertemuan kedua antara Jong-un dan Trump gagal menghasilkan langkah konkret. Pyongyang menetapkan tenggat waktu bagi AS hingga akhir tahun ini untuk membuat inisiatif baru dalam mengatasi kebuntuan negosiasi denuklirisasi.
Baru-baru ini, Korut memperingatkan dimulainya kembali uji coba rudal jarak jauh dan perangkat nuklir lainnya tergantung dengan sikap AS. Jika Korut memulai kembali uji coba senjata jarak jauh dan program nuklir mereka maka akan menjadi pukulan keras bagi Trump.
Trump membanggakan moratorium ujicoba dan program nuklir Korut tersebut. Namun, kegagalan pemerintah AS dalam mengatasi kebuntuan negosiasi membuat hubungan diplomatik dengan Korut justru semakin memburuk. n fergi nadira/lintar satria/dwina agustin/reuters/ap, ed: qommarria rostanti