Senin 30 Dec 2019 07:22 WIB

Tiga Senjata Paling Canggih 2019

Senjata yang muncul pada 2019 tidak hanya canggih tetapi juga mematikan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Senjata Rusia, ilustrasi
Foto: sputnik.
Senjata Rusia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Ada banyak senjata-senjata baru yang diluncurkan pada 2019. Senjata-senjata itu tidak hanya canggih tapi juga mematikan. Berikut tiga senjata baru yang dikembangkan dan diresmikan pada 2019 ini.

1. Seragam Hiperkamuflase dari Kanada

Baca Juga

Perusahaan seragam militer HyperStealth Biotechnology Corporation dari Kanada meluncurkan material canggih untuk seragam militer seluruh dunia. Baru-baru ini HyperStealth mematenkan material kamuflase super canggih yang diberi nama the Quantum Stealth atau juga dikenal dengan Invisibility Cloak.

Dilansir dari ZME Science, Hyperstealth Biotechnology mengklaim telah mengembangkan 13 versi material ini. Salah satunya dapat berfungsi di segala medan dan empat musim.

CEO Hyperstealth Biotechnology Guy Cramer material ini membengkokkan cahaya. Sehingga orang yang memakainya melebur dengan benda atau lingkungan yang ada di belakangnya.

Militer Amerika Serikat (AS) dan Kanada sudah melakukan uji coba pada teknologi itu. Keduanya mengkonfirmasi teknologi itu juga dapat mengecoh teropong militer dan optik thermal.

2. Robot Pilot Angkatan Udara AS

Pesawat tanpa pilot akan menjadi masa depan penerbangan militer. Angkatan Udara di seluruh dunia perlu meminimalisasi kerugian kehilangan pilot manusia dalam misi atau operasi berbahaya.

Pesawat tanpa awak sudah melayani Angkatan Udara AS. Tapi sekarang Air Force sedang melakukan uji coba pilot robot untuk menerbangan pesawat mereka. Sehingga Angkatan Udara dapat memiliki banyak pesawat tanpa awak tetapi tidak perlu melakukan banyak modifikasi.

Merancang pesawat terbang dengan kabel, joystick, pedal, dan alat pengendali lainnya yang terhubung secara elektronik dengan mesin pesawat dan kendali di darat secara otomatis relatif mudah. Menambah sistem komputer mungkin perlu proses ekstra. Sebagian besar karena harus memperbaharui perangkat lunak.

Tapi pesawat yang belum dikemas dengan perangkat elektronik dan otomatis bernilai miliaran dolar AS akan sulit karena kompenennya harus ditambah dan perangkat kerasnya harus dimodifikasi ulang. Pembaharuan semacam itu kerap dilakukan permanen.

Dilansir dari Gizmodo, hal itu yang membuat Laboratorium Penelitian Angkatan Udara AS berkerja sama dengan perusahaan yang disebut DZYNE Technologies Incorporated. DZYNE perusahaan yang khusus memproduksi pesawat nirawak.

Mereka mengembangkan Robotic Pilot Unmanned Conversion Program juga disebut ROBOpilot. Robot yang dapat mengendalikan pesawat di dalam kokpit.

Robot itu tidak berbentuk seperti manusia dengan tangan dan kaki. Tapi lebih serangkaian komponen elektronik yang dipasang di dalam kokpit dan jika sudah selesai dapat dilepas.

Robot itu memiliki aktuator, sensor, tangan dan sistem tenaga sendiri. Robot itu dapat mengoperasikan pesawat, mendorong kemudi, dan menekan pedal rem dan menekan tombol di dashboard pesawat jika dibutuhkan. Semua gerakannya sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh otoritas penerbangan AS (FAA) yang mengatur pilot manusia. ROBOpilot juga dilengkapi kamera sehingga pergerakannya dapat diawasi oleh menara pengawas.

Robot itu benar-benar menguasai cara mengoperasikan pesawat. Seperti di film-film fiksi ilmiah. Tapi tidak bisa membajak pesawat. Robot itu bisa dipasang dan dicopot lagi dari kokpit. Lalu pilot manusia dapat menerbangkan pesawat yang sama.    

3. Senjata Baru Rusia 27 Kali Lebih Cepat dari Kecepatan Suara

Rusia memiliki senjata interkontinental baru yang dapat terbang 27 kali lebih cepat dari kecepatan suara. Senjata yang diungkapkan 27 Desember lalu itu meningkatkan kapabilitas nuklir Negeri Tirai Besi.

Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan kendaraan luncur hipersonik (hypersonic glide vehicle) Avangard sebagai terobosan yang dapat dibandingkan dengan peluncuran satelit pertama Rusia tahun 1957. China juga telah mengembangkan sistem dan senjata yang mirip dengan milik Rusia.

Hal itu menambah tekanan bagi Amerika Serikat (AS) yang banyak menghabiskan dana untuk pertahanan strategis. Avangard diluncurkan di atas sebuah rudal balistik interkontinental.

Namun tidak seperti hulu ledak rudal biasa yang jalur terbangnya dapat diprediksi. Senjata itu dapat bermanuver dengan tajam di atmosfir saat menuju sasaran. Membuatnya sangat sulit untuk dihalau.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sudah memberitahu Putin. Unit rudal pertama yang dilengkapi Avangard hypersonic glide vehicle sudah siap menjalankan tugas.

"Pada acara yang sangat penting ini saya menguncapkan selamat kepada Anda untuk militer dan seluruh negeri," kata Shoigu dalam panggilan konferensi dengan pemimpin militer lainnya pada Jumat (27/12) lalu.

Dalam panggilan konferensi itu kepala Pasukan Rudal Strategis Rusia Jenderal Sergei Karakayev mengatakan Avangard akan menjalankan tugas dengan unit di wilayah Orenburg, selatan Pegunungan Ural. Putin sempat mengungkapkan Avangard dalam pidato kenegaraan pada bulan Maret 2018 lalu.

Ia sempat menyinggung tentang kemampuan manuver tajam Avangard dalam mengincar sasaran. Putin juga membahas kemampuan senjata itu membuat sistem pertahanan tidak berguna.

"Ini mengarah ke sasaran seperti meteorit, seperti bola api," kata Putin kala itu.  

Pemimpin Rusia itu mengatakan Avangard dirancang menggunakan materi komposit yang baru agar tahan dengan suhu di atas 2.000 derajat Celsius. Sehingga dapat terbang melewat atmosfir dengan kecepatan suara.

Militer mengatakan Avangard dapat terbang 27 kali lebih cepat dari kecepatan suara dan mampu membawa senjata nuklir seberat 2 megaton. Putin mengatakan Rusia harus mengembangkan Avangard dan sistem senjata masa depan lainnya. Karena AS berusaha membangun sistem pertahanan yang dapat mengikis alat penangkis nuklir Rusia.

Moskow tidak percaya klaim AS yang mengatakan sistem pertahanan mereka bukan untuk menyerang balik rudal Rusia. Pada pekan ini, Putin menekankan Rusia satu-satunya negara yang memiliki senjata berkecepatan suara. Ia menambahkan untuk pertama kali Rusia memimpin pengembangan senjata di semua kelas senjata baru, tidak seperti sebelumnya di mana Rusia harus kejar mengejar dengan AS. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement