Rabu 01 Jan 2020 08:29 WIB

Korut Siapkan Senjata Strategis Baru

Kim Jong Un memperingatkan negaranya akan segera menunjukkan senjata strategis baru

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump. Kim Jong Un memperingatkan negaranya akan segera menunjukkan senjata strategis baru. Ilustrasi.
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump. Kim Jong Un memperingatkan negaranya akan segera menunjukkan senjata strategis baru. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un menuduh pemerintahan Amerika Serikat (AS) menyeret kakinya dalam perundingan nuklir. Atas sikap itu, Kim memperingatkan bahwa negaranya akan segera menunjukkan senjata strategis baru kepada dunia.

Kantor berita pemerintah Korut KCNA menyatakan, Kim membuat komentar itu selama konferensi empat hari partai yang diadakan hingga Selasa (31/12) di ibu kota Pyongyang. Kim mengatakan Korut tidak akan pernah menyerahkan keamanannya untuk keuntungan ekonomi dalam menghadapi meningkatkan permusuhan AS dan ancaman nuklir.

Baca Juga

Komentar Kim muncul setelah perselisihan yang berlangsung lama antara Washington dan Pyongyang. Kedua negara tidak sepakat, sehingga melibatkan langkah pelucutan senjata dan penerapan sanksi yang dijatuhkan pada Korut.

"Dia mengatakan bahwa kita tidak akan pernah membiarkan AS yang kurang ajar menyalahgunakan dialog DPRK-AS untuk memenuhi tujuan kotornya. Tetapi akan beralih ke tindakan aktual yang mengejutkan untuk membuatnya membayar rasa sakit yang ditanggung oleh rakyat kita sejauh ini dan untuk pembangunan sejauh ini tertahan," ujar laporan KCNA merujuk pada nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea.

Kim pun menyatakan jika AS tetap dalam kebijakan permusuhan terhadap Korut, maka mereka mengembangkan senjata strategis yang diperlukan. Keputusan ini upaya untuk membangun keamanan negara dan tidak akan berhenti sampai AS mengubah kebijakan.

Tapi, Kim tidak menunjukkan indikasi yang jelas untuk meninggalkan perundingan dengan AS sepenuhnya atau memulai kembali uji coba bom nuklir dan rudal balistik antarbenua. Dia hanya mengeluarkan peringatan tidak akan ada alasan bagi Korut untuk terikat secara sepihak dengan moratorium lebih lama lagi.

Beberapa ahli mengatakan Korut selalu peka tentang perubahan pemilihan dalam pemerintahan AS. Mereka akan menghindari terlibat dalam negosiasi serius untuk kesepakatan dengan Washington dalam beberapa bulan mendatang. Hal itu karena Korut menunggu persidangan pemakzulan yang memengaruhi pemilihan presiden AS di November.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement