REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Warga Selandia Baru terbangun dengan matahari merah dan langit oranye pada hari pertama di tahun baru, Rabu (1/1). Kondisi ini berasal dari kebakaran hutan Australia yang membawa asapnya ke arah timur semalaman.
Pembawa berita cuaca Met Cameron Coutts mengatakan, intensitas kebakaran hutan Australia dalam beberapa hari terakhir telah memicu kabut asap di Selandia Baru. Kondisi ini adalah keempat kalinya pada musim panas ini.
"Sebagian besar berada di tingkat tinggi setelah mencapai Selandia Baru. Ada laporan tentang orang yang bisa mencium bau asap, tetapi itu tidak benar-benar memengaruhi kita di permukaan tanah saat ini, meskipun itu cukup tebal," kata Coutts, dikutip dari The Guardian, Rabu (2/1).
Coutts mengatakan, asap dapat meningkatkan kemungkinan hujan dan badai di Pulau Selatan. Para wisatawan di kota pesta populer Wanaka adalah yang pertama kali memperhatikan kabut asap dan menggambarkan kondisi tersebut dengan sebutan "sepia", "oranye" dan "apokaliptik".
Banyak orang di Queenstown dan Wanaka juga merasakan bau asap dan pembakaran yang kuat. Seorang juru bicara Dewan Distrik Danau Queenstown mengatakan, tidak ada peringatan kesehatan yang dikeluarkan dan dewan telah diyakinkan kabut tidak memberikan bahaya bagi penduduk setempat.
"Karena saat ini visibilitasnya cukup buruk, dan agak bau di luar," kata juru bicara itu Dewan Distrik Danau Queenstown.
Musim kebakaran di Selandia Baru sendiri telah berakhir dan tidak terjadi musim panas ini. Kru petugas pemadam kebakaran Kiwi sebaliknya telah memberikan dukungan kepada rekan-rekan di NSW dan Victoria, Australia.