Untuk memulai tahun yang baru, Nidya Destianti dan suaminya sudah menanti-nantikan kepindahan ke rumah barunya di kawasan Condet, Jakarta Timur. Tapi, banjir yang terjadi tepat 1 Januari 2020 meredam tempat tinggal yang baru saja dilunasinya.
Sesaat setelah ia selesai mengundang tetangganya datang untuk makan siang, Nidya mendapatkan SMS dari Kementerian Komunikasi dan Informasi, yang berisi peringatan untuk melakukan evakuasi.
![Child swims in floodwaters A small Indonesian child's face and head can be seen floating just above the water on a street in Jakarta.](http://www.abc.net.au/news/image/11837714-3x2-700x467.jpg)
"Kita kemudian keluar rumah, tapi sudah terlambat, karena jalan-jalan sudah tergenang air dan kendaraan tidak bisa lewat," katanya kepada ABC.
"Saya mulai panik saat listrik mati dan merasa air terus meninggi di dalam rumah."
"Tapi saya tidak bisa kemana-mana, karena di depan rumah kita air sudah mencapai dua meteran."
Sementara di dalam rumahnya, ketinggian air sudah mencapai setinggi lututnya.
Nidya, yang masih kerabat dari penulis, mengatakan tim penyelamat datang sekitar dua jam kemudian.
Mereka datang dengan sebuah ban terapung dan sudah ada sekitar 10 orang di atasnya.
![Nidya Desianti An Indonesian woman with a veil sits on a platform with her husband and child with a view of water in the background.](http://www.abc.net.au/news/image/11838114-3x2-700x467.jpg)
"Bukan perahu karet besar, kecil saja, bayi saya sedang tidur saat kita naik ke atasnya," kata Nidya.
"Ia mulai nangis saat terbangun karena air dingin mulai masuk ke dalam ban."
Saat ini Nidya tinggal sementara bersama keluarga mertuanya di kawasan Jakarta Pusat.
Meski dilaporkan air di rumahnya sudah surut, ia belum ada rencana segera untuk kembali menetap di rumahnya.
Nidya mengatakan keluarganya masih "takut banjir akan kembali datang", tapi masih tetap datang ke rumahnya untuk mulai membersihkan lantai dan lumpur.
Ia mengaku tidak menyesal membeli rumah di Condet dan sudah tahu jika pernah ada banjir besar sekitar 10 tahun lalu.
"Sekarang kita bersama tetangga hanya butuh membuat rencana dan antisipasi yang lebih baik," ujarnya.
Hujan lebat yang menerjang kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi saat pergantian tahun telah menyebabkan puluhan orang tewas.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal akibat banjir Jabodetabek telah mencapai 30 orang, hingga Kamis malam (2/1/2020).
Sementara itu setidaknya 30 ribu orang dilaporkan telah mengungsi dan meninggalkan rumahnya.
![Flooded room A room with cabinets and chairs and objects floating in brown water.](http://www.abc.net.au/news/image/11838120-3x2-700x467.jpg)
Warga Bogor, Budi Setyowati, seorang psikolog mengatakan baru pertama kali rumahnya kebanjiran setelah ia bertahun-tahun tinggal di sana.
Budi yang tinggal di kawasan Villa Nusa II mengatakan banjir memang sering menghadang kompleks sebelah, tapi tidak di daerahnya.
Ia mengatakan air tiba-tiba masuk dan ia tidak punya banyak waktu untuk memindahkan barang-barangnya.
"Benar-benar luar biasa, saya tak pernah mengalaminya."
"Saat ini saya belum bisa kemana-mana juga karena air masih menutup jalan, mobil dan motor terendam," kata Budi.
![Budi Setyowati Bogor Budi Setyowati Bogor](http://www.abc.net.au/indonesian/image/11839140-3x2-700x467.jpg)
"Air di dalam rumah saya sudah surut, tapi menyisakan lumpur. Listrik dan air padam, jadi belum bisa bersih-bersih."
Sejumlah tim evakuasi masih terus mencoba menyelamatkan warga dan sejumlah organisasi atau yayasan dilaporkan ikut menurunkan timnya untuk mempercepat prosesnya.
Termasuk yang dilakukan Budi dari yayasan Dompet Dhuafa.
Ia mengatakan kepada ABC fokus utamanya adalah mengevakuasi warga manula, ibu hamil dan menyusui, dan mereka yang terbaring sakit di rumah mereka.
![Penyelamatan yang dilakukan terhadap warga yang sedang sakit, bahkan dalam keadaan lumpuh. Penyelamatan yang dilakukan terhadap warga yang sedang sakit, bahkan dalam keadaan lumpuh.](http://www.abc.net.au/indonesian/image/11839152-3x2-700x467.jpg)
"Mereka terjebak dan kebutuhan tambahan mereka tidak bisa terpenuhi, jadi kami prioritaskan," kata Budi.
"Beberapa bahkan tidak bisa bergerak sama sekali, lumpuh, jadi kita gendong mereka keluar rumahnya."
Benny mengatakan timnya juga ikut menyelamatkan hewan, karena "mereka punya hak yang sama dengan manusia.
"Sejauh ini kita sudah menyelematkan kucing, anjing, bahkan ada burung, kebanyakan terjebak di atap atau di tiang."
![Hewan-hewan seperti kucing dan anjing juga ikut diselamatkan Hewan-hewan seperti kucing dan anjing juga ikut diselamatkan](http://www.abc.net.au/indonesian/image/11839164-3x2-700x467.jpg)
"Kita bahkan melihat anjing yang sedang berenang, lalu kita mengangkutnya."
Ia mengaku salah satu tantangan dalam proses evakuasi adalah mencapai rumah-rumah warga yang kebanyakan tinggal di gang dan jalan sempit, sehingga perahu karet tidak bisa melewatinya.
Ikuti terus perkembangan banjir di Jabodetabek di ABC Indonesia dan bergabunglah bersama komunitas kami di Facebook ABC Indonesia.
Nomor kontak bantuan dan posko banjir Jabodetabek
- Basarnas: 115
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta: 112
- Nomor telepon penting: 021-345-9444
- SMS center: 085-880-001-949
- Posko Banjir Global Rescue Network/Arus Liar Nomor telepon: 8355885 atau 99462699
- Posko Banjir Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Nomor telepon: 8019210 atau 8019211
- Posko Banjir Komando Armada Barat TNI AL Nomor telepon: 4243000
- Posko SAR DKI Jakarta Nomor telepon: 34835118
- Posko Banjir DKI Jaya Nomor telepon: 021-8196945 atau 8197309