Menyalahkan kepala pemerintahan saat bencana tidak hanya terjadi di Indonesia, seperti dialami Gubernur Anies Baswedan yang sedang jadi sasaran makian di jejaring sosial menyusul banjir yang menerjang ibu kota Jakarta dan sekitarnya.
Di Australia hal yang sama juga terjadi baru-baru ini, saat PM Scott Morrison mengunjungi kota Cobargo di New South Wales, lokasi terjadi kebakaran hutan dan semak.
Warga Australia yang menjadi korban kebakaran menumpahkan kekesalannya kepada PM Australia, saat ia datang ke kota tersebut, hari Kamis (2/01/2020).
Selain bermaksud untuk bertemu dengan tim gawat darurat, PM Morrison juga ingin menunjukkan dukungan kepada para korban.
Tapi ia malah harus berhadapan dengan sekelompok penduduk yang marah. Bahkan sejumlah warga terlihat tidak mau menyalaminya.
Satu warga berkata kepadanya, "kamu harusnya malu pada dirimu sendiri", sambil menambahkan "malah pergi meninggalkan Australia membiarkan terbakar".
"Kamu bodoh, ScoMo," kata mereka.
"Saya tak terkejut melihat mereka berperilaku seperti itu," ujar PM Scott Morrison kepada ABC setelah bertemu warga.
"Itulah sebabnya kenapa saya datang kesini, untuk berada disini, untuk melihatnya langsung dan kenyamanan apa yang bisa saya tawarkan."
"Saya mengerti perasaan warga, mereka kehilangan semuanya, ada banyak emosi ... dan saya paham itu."
Kunjungan PM Morrison bertepatan saat pihak otoritas memperingatkan kondisi di New South Wales dan Victoria di akhir pekan besok akan sama buruknya saat malam Tahun Baru.
New South Wales, dengan ibukota Sydney, memasuki keadaan darurat pada hari Jumat pagi (3/01) dan para wisatawan diperintahkan untuk menjauh dari kawasan sepanjang 14 ribu kilometer persegi, antara Nowra dan perbatasan Victoria di bagian utara.
Banyak pengungsi kesulitan mendapatkan bahan bakar, sementara antrian panjang terlihat di luar supermarket dan toko.
Sementara di Victoria, dimana kota Melbourne berada, kapal milik Angkatan Laut telah dikerahkan untuk membantu mengevakuasi kota Mallacoota, yang hancur terbakar di malam Tahun Baru.
Di kota pantai tersebut, ratusan rumah hancur dan delapan orang lainnya meninggal dunia.
Untuk pertama kalinya negara bagian Victoria menyatakan keadaan darurat di kawasan timur, karena diperkirakan kebakaran dan api akan terus menjalar.
PM Morrison dijadwalkan bertemu dengan Komite Keamanan Nasional Kabinet hari Senin (6/01) untuk membahas penanganan berkelanjutan terhadap krisis kebakaran hutan.
Saat ditanya apakah penanganan krisis kebakaran ini sudah memadai, ia mengatakan sekarang adalah saatnya untuk tetap tenang.
"Ini bukan soal perdana menteri, [premier] kepala negara bagian, walikota, atau politik, sekarang ini adalah soal orang-orang yang membutuhkan bantuan di lapangan," katanya di kota Cobargo.
"Hanya itu satu-satunya fokus dan perhatian saya."
Parahnya kebakaran hutan telah dianggap sebagai bukti atas kekhawatiran selama ini soal pemanasan global, selain juga kebijakan Pemerintah Federal soal lingkungan yang banyak mendapat kritik.
Pihak oposisi di Australia, yakni pemimpin Partai Buruh, Anthony Albanese, mengatakan kebakaran hutan bukan "sesuatu yang dianggap biasa".
Sebagai sebuah keadaan darurat nasional, seharusnya ada penanganan yang lebih ambisius terhadap pengurangan emisi.
"Ini yang bertolak belakang dengan pemerintah, mereka mengatakan, 'oh kita hanya 1,3 persen dari emisi global, oleh sebab itu kita tak punya tanggung jawab untuk bertindak, karena tak akan membuat perbedaan'," kata Anthony.
"Tetapi kenyataannya kalau semua orang mengatakan hal yang sama, tentu saja tidak akan ada yang bertindak."
Ikuti perkembangan laporan kebakaran di Australia di ABC Indonesia.