REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan negaranya tetap berkomitmen menurunkan tensi konflik dengan Iran. Hal itu menyusul terbunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani dalam serangan udara AS ke Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat (3/1).
"Saya berbicara hari ini dengan anggota Politbiro China Yang Jiechi untuk membahas keputusan Presiden AS Donald Trump menyingkirkan Soleimani sebagai tanggapan terhadap ancaman yang akan segera terjadi pada kehidupan Amerika. Saya menegaskan kembali komitmen kami untuk deeskalasi," kata Pompeo melalui Twitter pribadinya.
Dia mengaku telah membahas perkembangan situasi pasca-tewasnya Soleimani dengan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. Pomepo berterima kasih kepada mereka karena mengakui ancaman yang ditimbulkan oleh Pasukan Quds.
Pada Jumat pagi, AS melancarkan serangan rudal ke Bandara Internasional Baghdad. Washington membidik konvoi kendaraan Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran. Beberapa jam pasca-peristiwa itu, Garda Revolusi Iran mengumumkan bahwa Soleimani tewas akibat serangan AS.
Perintah serangan datang langsung dari Trump. Pentagon menuding Soleimani berencana melakukan serangan terhadap diplomat dan anggota layanan AS di Irak dan kawasan sekitarnya. AS telah memerintahkan warganya untuk segera meninggalkan Irak.
Pasukan Quds adalah sebuah divisi atau sayap Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial. Soleimani selaku komandannya telah bertahun-tahun dipandang sebagai arsitek yang berperan menyebarkan pengaruh Iran di Timur Tengah.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah mengutuk serangan AS yang menyebabkan tewasnya Soleimani. Dia menyatakan akan melakukan aksi balasan terhadap Washington.