Sabtu 04 Jan 2020 04:40 WIB

Pengamat: Terbunuhnya Jenderal Soleimani Sinyal Perang

Serangan udara AS yang menewaskan Jenderal Soleimani akan tingkatkan ketegangan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Teguh Firmansyah
Serangan AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak pada Jumat (3/1). Usai serangan di Bandara Baghdad, Kedubes AS minta warga AS segera tinggalkan Irak.
Foto: EPA
Serangan AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak pada Jumat (3/1). Usai serangan di Bandara Baghdad, Kedubes AS minta warga AS segera tinggalkan Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komandan Pasukan Quds Iran, Jenderal Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad, Irak pada Jumat (3/1).

Kepala Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI), Yon Machmudi menilai serangan udara itu menjadi sinyal perang AS terhadap Iran.

Baca Juga

Yon menjelaskan, serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad akan meningkatkan ketegangan baru di kawasan Timur Tengah khususnya di Irak dan Iran.
 
Sebenarnya selama ini hubungan AS dan Irak baik-baik saja secara umum. Tetapi dengan adanya serangan udara itu akan mengakibatkan terjadinya peningkatan ketegangan antara AS dan Irak serta Iran.
 
"Ini (yang dilakukan AS) juga akan memicu gejolak kemarahan pemerintah Iran dan rakyat Iran, dari dulu (kelompok) yang konservatif menjadikan AS sebagai musuh utama, pada satu sisi memang AS menargetkan Iran sebagai musuh utama di Timur Tengah yang harus diperangi," kata Yon kepada Republika.co.id, Jumat (3/1).
 
Ia berpandangan, peristiwa terbunuhnya Jenderal Soleimani dalam serangan udara AS di Baghdad akan meningkatkan gejolak antara AS dan Iran. Sikap AS yang menjadikan Iran sebagai musuh utama di Timur Tengah kini telah dinyatakan secara langsung dengan melakukan serangan yang mengakibatkan terbunuhnya sang jenderal.
 
Menurutnya, secara otomatis AS telah membuka perang terbuka dengan Iran. Walau serangan udara yang mengakibatkan jenderal penting dari Iran terbunuh tidak terjadi di wilayah Iran. Tapi dampaknya langsung memberikan sinyal kepada Iran bahwa AS tidak main-main dalam hal ini.
 
"Ini pasti akan direspons secara keras oleh Iran, berkaitan dengan dinamika yang ada di Timur Tengah," ujarnya.
 
Yon menyampaikan, cara AS biasanya melakukan serangan di wilayah konflik, bukan di wilayah yang masih berdaulat seperti Iran. Oleh karena itu, kematian jenderal pasukan elit Iran ini menjadi salah satu sinyal perang tidak langsung dari AS ke Iran yang dilakukan di wilayah Irak.
 
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement