REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN — Pihak berwenang Cina melakukan penyelidikan tentang virus pneumonia yang muncul secara misterius di Wuhan. Hingga Jumat (3/1), serangan virus pneumonia telah membuat puluhan orang di kota itu terinfeksi.
Sebanyak 44 kasus terkait virus ini telah dikonfirmasi. Sebanyak 11 di antaranya masuk dalam kategori parah.
Wabah pneumonia yang muncul mendorong sejumlah negara di Asia lainnya, seperti Singapura dan Hong Kong, melakukan pemeriksaan lebih ketat terhadap wisatawan yang berkunjung. Ada kekhawatiran bahwa virus yang menyebar saat ini terkait dengan SARS atau sindrom pernapasan akut berat.
Virus SARS sebelumnya pernah menewaskan lebih dari 700 orang di seluruh dunia. Awal kasus penyakit ini diketahui berasal dari Cina.
Terdapat spekulasi yang beredar di media sosial bahwa wabah pneumonia misterius yang muncul akan menjadi penyakit yang sangat menular. Meski demikian, kepolisian Wuhan mengatakan sejauh ini ada delapan orang yang dihukum karena diduga membuat atau meneruskan informasi palsu melalui internet.
Komisi Kesehatan Wuhan mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki penyebab wabah pneumonia yang muncul saat ini. Dalam sebuah pernyataan, disebutkan bahwa sejumlah sumber infeksi telah dikesampingkan, termasuk influenza, flu burung dan penyakit pernapasan umum. Meski demikian, SARS tidak disebutkan.
Pernyataan itu juga mengatakan tidak ada penularan dari manusia ke manusia dalam kasus wabah pneumonia yang ada saat ini. Namun, beberapa orang yang terinfeksi diketahui bekerja di sebuah area pasar makanan laut di Wuhan.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan telah menerima laporan tentang wabah pneumonia yang muncul di Wuhan. Pihaknya mengatakan telah melakukan kontak dengan Pemerintah Cina untuk mencegah kasus penyakit terus meluas.
“Ada banyak penyebab potensial dari virus pneumonia dan banyak di antaranya lebih umum dibandingkan oronovirus sindrom pernapasan akut. WHO akan memantau dengan seksama dan akan membagikan informasi lebih lanjut” jelas pernyataan juru bicara WHO, dilansir BBC, Sabtu (4/1).
Dalam laporan oleh Philippa Roxby dari BBC dikatakan bahwa wabah pneumonia yang muncul kali ini telah memberikan kekhawatiran seperti epidemi SARS 18 tahun lalu. Pada saat itu, WHO mengkritik Cina karena tidak melaporkan jumlah kasus SARS yang terjadi di provinsi selatan negara itu.
Wabah SARS yang menyebar pada 2002 hingga 2003 menyerang lebih dari 8.000 orang di 26 negara. Sebanyak 349 orang di wilayah daratan Cina meninggal dan 299 lainnya di Hong Kong.
Saat itu, Cina memberhentikan menteri kesehatan yang menjabat karena dianggap menangani krisis SARS secara lamban. Negara itu dinyatakan bebas dari penyakit ini sejak Mei 2004.