REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison membela kepemimpinannya dan catatan pemerintahannya tentang perubahan iklim pada Ahad (5/1). Dengan suhu yang mulai dingin, kondisi ini diharapkan akan membuat kebakaran mengecil.
"Ada banyak kesalahan yang terjadi. Dan sekarang adalah waktunya untuk fokus pada respons yang sedang dibuat," kata Morrison.
Kebakaran hutan telah merusak tiga negara bagian, merenggut 24 nyawa dan menghancurkan hampir 2.000 rumah. Morrison menghadapi kritik yang meluas karena mengambil liburan keluarga di Hawaii pada awal krisis kebakaran.
Morrison pun mendapatkan kritik tajam karena kebakaran telah meningkat tajam dan kelambatannya dalam mengerahkan sumber daya untuk menangani masalah tersebut. Dia pun mendapatkan gugatan langsung ketika mengunjungi sebuah kota kecil di New South Wales (NWS).
Setelah mendapatkan banyak tanggapan negatif, Morrison pun untuk pertama kalinya dalam sejarah Australia mengerahkan 3.000 tentara, pasukan cadangan angkatan laut dan udara akan dilemparkan ke dalam pertempuran melawan api pada Sabtu. Dia juga berkomitmen mengeluarkan 14 juta dolar AS untuk menyewa pesawat pemadam kebakaran dari luar negeri.
Tapi, keputusan-keputusan itu mendapat keluhan kalau tindakannya terlambat. Masyarakat menilai kebakaran telah membakar jutaan hektare di NSW, Victoria dan Australia Selatan, sebuah wilayah dua kali ukuran Maryland. Morrison pun mengatakan bukan waktunya untuk menyalahkan.
"Menyalahkan tidak membantu siapa pun saat ini dan terlalu banyak menganalisis hal-hal ini bukanlah latihan yang produktif," ujar Morrison.
Morrison pun menghadapi komentar masa lalu yang meminimalkan hubungan antara perubahan iklim dan meningkatnya ancaman kekeringan dan kebakaran hutan di Australia. "Tidak ada perselisihan di negara ini tentang masalah perubahan iklim secara global dan pengaruhnya terhadap pola cuaca global dan itu termasuk bagaimana dampaknya di Australia," katanya.