Senin 06 Jan 2020 13:31 WIB

Roket Katyusha Jatuh Dekat Kedubes AS di Baghdad

Warga sipil dilaporkan terluka akibat serangan dua roket di dekat Kedubes AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Roket (ilustrasi)
Foto: EPA/Bill Ingalls
Roket (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Dua roket Katyusha jatuh di Green Zone di sekitar gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Baghdad, Irak, Ahad (5/1). Sebanyak enam orang terluka akibat peristiwa tersebut. 

Menurut militer Irak, seperti dikutip laman Haaretz, satu roket Katyusha juga mendarat di luar Green Zone. Laporan menyebut terdapat warga sipil yang terluka. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Baca Juga

Green Zone merupakan kawasan tempat gedung-gedung pemerintah dan misi diplomatik berada. Serangan roket ke sana terjadi saat Irak sedang dibekap ketegangan pasca-terbunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Soleimani pada Jumat pekan lalu. 

Soleimani tewas akibat serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad. Dengan mengerahkan drone atau pesawat nirawak, Washington meledakkan konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki hubungan dekat dengan Iran. Soleimani berada di dalam konvoi tersebut. 

Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan. 

Kematian Soleimani meruncingkan hubungan Iran dan AS. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah menyatakan akan mengambil aksi balasan terhadap Washington. 

Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi mengatakan pembunuhan Soleimani merupakan tindakan perang. Menurutnya, Iran layak melakukan aksi balasan.

"Tadi malam (AS) memulai perang militer dengan membunuh salah satu jenderal tinggi kami melalui aksi teror. Jadi apa lagi yang bisa diharapkan dari Iran? Kita tidak bisa hanya diam saja. Kami harus bertindak dan kami akan bertindak," kata Ravanchi saat diwawancara CNN pada Jumat pekan lalu. 

Iran, kata dia, tak bisa menutup mata atas kejadian tersebut. "Pasti akan ada balas dendam, balas dendam yang keras. Respons terhadap aksi militer adalah aksi militer. Oleh siapa, kapan, di mana? itu untuk masa depan untuk disaksikan," ujar Ravanchi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement