Senin 06 Jan 2020 17:45 WIB

Pemimpin Hamas Hadiri Pemakaman Soleimani di Iran

Pemimpin Hamas menyatakan Soleimani merupakan seorang martir.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Seorang warga membawa potret Soleimani pada pemakaman Mayor Jenderal Qassem Soleimani,  dan komandan Milisi Abu Mahdi al-Muhandi di Teheran, Iran, Senin (6/1).
Foto: Nazanin Tabatabaee/WANA (West Asia News Agency) via Reuters
Seorang warga membawa potret Soleimani pada pemakaman Mayor Jenderal Qassem Soleimani, dan komandan Milisi Abu Mahdi al-Muhandi di Teheran, Iran, Senin (6/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh menghadiri pemakaman Komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani pada Ahad (5/1). Dalam pidato perpisahannya kepada orang-orang di negara itu, ia mengatakan bahwa Soleimani adalah seorang martir. 

Haniyeh juga bersumpah bahwa Palestina akan mengikuti cara mayor jenderal tersebut dalam menghadapi Israel, serta pengaruh Amerika Serikat (AS) terhadap kemerdekaan mereka. Datangnya Haniyeh ke pemakaman soleimani di Iran cukup mengejutkan, mengingat ini merupakan perjalanan pertamanya sejak diizinkan oleh Mesir melakukan tur regional pada 2017. 

Baca Juga

Saat itu, diketahui bahwa Haniyeh diizinkan melakukan tur regional oleh Mesir dengan syarat tidak mengunjungi Iran. Hal tersebut dilaporkan oleh sejumlah media Arab dan Israel. 

Meski demikian, tidak diketahui apakah syarat tersebut benar adanya, dengan kunjungan Haniyeh ke pemakaman Soleimani di Iran. Dalam pemakaman itu juga terdapat pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei yang terlihat berdoa dan menangis selama prosesi. 

Soleimani tewas dalam serangan udara AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak dengan mengerahkan drone atau pesawat tanpa awak pada 3 Januari lalu. Serangan meledakkan kovoi Popular Mobilization Forces (PMF), sebuah pasukan paramiliter Irak yang memliki kedekatan dengan Iran. 

Soleiman dikenal sebagai tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin pasukan Quds. divisi dari Garda revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan tersebut. 

Kematian Soleimani membuat hubungan Iran dan AS yang semakin tegang dan Khamenei telah menyatakan akan mengambil aksi balasan terhadap Washington. Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi juga mengatakan bahwa pembunuhan terhadap pria kelahiran 11 Maret 1957 itu adalah sebuah tindakan perang. 

Pasca-kematian Soleimani, Iran menyatakan tidak akan lagi mematuhi komitmen dalam Perjanjian Nuklir 2015 yang didasarkan pada rencana aksi komprehensi bersama atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan. Teheran mengatakan akan melakukan pengayaan uranium yang dilarang dalam kesepakatan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement