Selasa 07 Jan 2020 17:21 WIB

Iran Siapkan 13 Skenario Balas Kematian Soleimani

Garda Revolusi Iran mengaku menyiapkan beberapa opsi membalas kematian Soleimani.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Iran Siapkan 13 Skenario Balas Kematian Soleimani. Ayatollah Ali Khamenei dan President Hassan Rouhani melaksanakan shalat jenazah pada pemakaman Jenderal Qassem Soleimani dan komandan Milisi Abu Mahdi al-Muhandi di Teheran, Iran, Senin (6/1).
Foto: Nazanin Tabatabaee/WANA (West Asia News Agency) via Reuters
Iran Siapkan 13 Skenario Balas Kematian Soleimani. Ayatollah Ali Khamenei dan President Hassan Rouhani melaksanakan shalat jenazah pada pemakaman Jenderal Qassem Soleimani dan komandan Milisi Abu Mahdi al-Muhandi di Teheran, Iran, Senin (6/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kepala Dewan Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani mengatakan negaranya memiliki 13 skenario untuk membalas kematian Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat (AS). Teheran mengklaim semua opsi tersebut akan menjadi mimpi buruk bagi Washington.

"Bahkan jika skenario terlemah ini mencapai konsensus, penerapannya bisa menjadi mimpi buruk bersejarah bagi Amerika," kata Shamkhani, Selasa (7/1), dikutip Bloomberg.

Baca Juga

Kendati demikian, dia enggan membocorkan opsi-opsi aksi pembalasan tersebut. "Untuk saat ini, karena alasan intelijen, kami tidak dapat memberikan lebih banyak informasi kepada media," ujarnya.

Sebelumnya, Garda Revolusi Iran mengaku telah menyiapkan beberapa opsi untuk membalas kematian Soleimani. Satu di antaranya adalah membidik kapal perang AS di Selat Hormuz.

"Selat Hormuz adalah titik vital bagi Barat dan sejumlah besar kapal perusak serta kapal perang AS menyeberang di sana," kata Komandan Garda Revolusi Iran di Provinsi Kerman Abuhamzeh pekan lalu.

Dia mengatakan target vital Amerika di kawasan itu telah sejak lama diidentifikasi oleh Iran. "Sekitar 35 target AS di kawasan tersebut serta Tel Aviv berada dalam jangkauan kami," ujar Abuhamzeh.

Mantan kepala analis minyak di International Energy Agency Antoine Halff berpendapat Iran bisa saja memilih melumpuhkan fasilitas minyak utama di kawasan. "Ia memiliki kapasitas teknis untuk melakukannya," ujar Halff.

Pendapat seperti itu turut dikemukakan peneliti energi dan geopolitik dari Rice University, Jim Krane. Dia berpendapat, Iran bisa saja membidik infrastruktur minyak di kawasan Timur Tengah. "Menargetkan infrastruktur minyak dapat menaikkan harga dan membawa kesulitan ekonomi dunia serta menempatkan Iran di posisi terdepan," kata Krane.

Dibandingkan dengan metode serangan lain, menargetkan situs energi juga tak menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa. "Ini adalah opsi yang lebih aman dalam hal virulensi pembalasan," ujar Krane.

Jika Iran memilih opsi tersebut, hal itu akan berdampak besar dan menjadi bencana bagi perekonomian global. Sebab pasar minyak mempengaruhi industri energi padat lainnya, seperti maskapai penerbangan, pengiriman, dan petrokimia.

Ketegangan antara AS dan Iran terjadi sejak terbunuhnya Qasem Soleimani di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat pekan lalu. Dia tewas akibat serangan drone atau pesawat nirawak AS yang membidik konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran.

Presiden AS Donald Trump memerintahkan langsung serangan tersebut. Dia mengklaim Soleimani memiliki rencana yang membahayakan para diplomat dan pasukan AS di Irak serta kawasan Timur Tengah. Oleh sebab itu, AS membunuhnya.

Trump menyangkal tudingan bahwa AS hendak memulai perang dengan Iran. Sebaliknya, pembunuhan Soleimani dilakukan agar hal demikian tak terjadi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement