REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu menyatakan penyerangan oleh pasukan pendukung Bashar Assad di Suriah yang didukung Rusia telah mengakibatkan 300 ribu orang di Idlib telantar.
Dilansir di Anadolu Agency, Selasa (7/1), Soylu menegaskan, Turki tidak akan pernah meninggalkan negara-negara tetangganya. Dia menambahkan Presidensi Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD) dan Bulan Sabit Merah Turki telah membantu banyak orang yang terkena dampak.
Turki terus berupaya intensif membantu semua orang yang terlantar melalui organisasi resmi dan juga organisasi non-pemerintahnya. Dia menekankan Turki tidak akan pernah meninggalkan anak-anak Suriah berada di lokasi pembantaian.
Soylu juga menekankan pentingnya Turki bagi Timur Tengah. "Selama Turki memiliki perdamaian dan stabilitas, kawasan itu akan memiliki perdamaian dan stabilitas," ujarnya.
Pada 23 Desember lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Turki Sedat Onal beserta rombongan delegasinya melakukan kunjungan ke Moskow. Setelah kunjungan ini, serangan udara di Idlib dihentikan. Turki dan Rusia sepakat pada September 2018 untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Sejak itu, lebih dari 1.300 warga sipil telah tewas dalam serangan oleh rezim dan pasukan Rusia di zona de-eskalasi ketika gencatan senjata terus dilanggar. Lebih dari satu juta warga Suriah telah bergerak di dekat perbatasan Turki karena serangan hebat tahun lalu. Menurut Koalisi Nasional untuk Pasukan Revolusioner dan Oposisi Suriah, provinsi Idlib adalah rumah bagi sekitar tiga juta warga sipil, 75 persen dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.