Rabu 08 Jan 2020 16:09 WIB

Maskapai Atur Rute Hindari Wilayah Irak dan Iran

Pengalihan rute untuk menghindari risiko tak disengaja di tengah ketegangan politik.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolanda
Warga berkerumun di antara puing pesawat Ukraina yang jatuh di Shahedshahr, barat daya ibu kota Teheran, Iran, Rabu (8/1). Pesawat itu membawa 176 penumpang yang jatuh tak lama setelah lepas landas.
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Warga berkerumun di antara puing pesawat Ukraina yang jatuh di Shahedshahr, barat daya ibu kota Teheran, Iran, Rabu (8/1). Pesawat itu membawa 176 penumpang yang jatuh tak lama setelah lepas landas.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beberapa maskapai besar mengatur rute penerbangan kembali untuk menghindari wilayah udara di atas Irak dan Iran, Rabu (8/1). Keputusan tersebut diambil setelah serangan rudal Iran terhadap pangkalan udara pasukan Amerika Serikat (AS) dijatuhkan di Irak.

Administrasi Penerbangan Federal (FAA) melarang operator AS untuk melintasi wilayah dua negara tersebut. Wilayah yang masuk dalam cakupan peringatan itu Teluk Oman dan perairan antara Iran dan Arab Saudi.

"Karena meningkatnya kegiatan militer dan meningkatnya ketegangan politik di Timur Tengah, yang menghadirkan risiko yang tidak disengaja untuk operasi penerbangan sipil AS," ujar pernyataan FAA.

Teheran menembakkan lebih dari selusin rudal balistik dari wilayah Iran terhadap setidaknya dua pangkalan militer Irak pada Selasa. Tempat itu menampung personel koalisi yang dipimpin AS.

Beberapa maskapai non-AS memiliki penerbangan di beberapa bagian Irak dan Iran pada saat itu. Mereka tidak terpengaruh langsung oleh larangan FAA, tetapi operator asing dan regulator nasional biasanya mempertimbangkan saran AS dengan berhati-hati ketika memutuskan rute terbang.

Transport Canada mengatakan, telah melakukan kontak erat dengan FAA tentang situasi di Timur Tengah dan Air Canada mengubah rutenya. Regulator penerbangan India belum mengeluarkan instruksi formal kepada maskapai, tetapi telah mengadakan pertemuan dan menyarankan tetap waspada dengan mengambil tindakan pencegahan.

Sedangkan Singapore Airlines Ltd mengatakan, setelah serangan, semua penerbangannya akan dialihkan dari wilayah udara Iran. Malaysia Airlines mengatakan tidak terbang di atas wilayah udara Irak dan akan kembali untuk menghindari Iran. China Airlines Taiwan mengatakan tidak akan terbang di atas Iran atau Irak karena ketegangan regional.

Qantas Airways Ltd dari Australia mengatakan, sedang menyesuaikan jalur penerbangan untuk menghindari wilayah udara di atas Irak dan Iran sampai pemberitahuan lebih lanjut. Mereka menambah hingga 50 menit untuk penerbangan Perth-London dan mengharuskannya untuk mengurangi jumlah penumpang untuk membawa bahan bakar yang diperlukan.

Emirates Airline yang berbasis di Dubai membatalkan penerbangan kembali ke Baghdad pada Rabu setelah serangan rudal Iran. Mereka mengatakan, akan melakukan perubahan operasional lebih lanjut jika diperlukan. Korean Air Lines Co Ltd dan Thai Airways mengatakan mereka telah menghindari wilayah udara Iran dan Irak sebelum serangan terhadap pasukan AS.

Maskapai penerbangan dan agen penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mulai memantau wilayah udara strategis di atas Iran dan Irak. Dengan beberapa operator komersial masih melayani negara-negara tersebut dan yang lain terbang di atas wilayah udara.

International Air Transport Association juga mengeluarkan pernyataan yang mengingatkan negara-negara tentang kewajiban mengomunikasikan risiko potensial terhadap penerbangan sipil. "Sangat penting bahwa negara-negara memenuhi kewajiban ini karena ketegangan di Timur Tengah meningkat," kata kelompok itu  setelah pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani.

Sebelum panduan terbaru, FAA telah melarang operator AS terbang di bawah 26.000 kaki di atas Irak dan terbang di atas wilayah udara Iran di atas Teluk dan Teluk Oman. Aturan itu berlaku sejak Iran menembak jatuh pesawat nirawak AS Juni lalu.

Operator penerbangan semakin mengambil langkah besar untuk membatasi ancaman pada pesawat setelah Malaysia Airlines Penerbangan MH17 ditembak jatuh pada tahun 2014 oleh rudal atas Ukraina, menewaskan semua 298 orang di dalamnya. Perutean ulang di sekitar wilayah udara konflik menambah waktu penerbangan dan menghabiskan lebih banyak bahan bakar.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement