Rabu 08 Jan 2020 19:26 WIB

Serangan Iran Dinilai untuk Unjuk Kekuatan

Iran menyerang pangkalan militer AS di Irak yang diklaim menewaskan 80 orang.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Seorang anggota kelompok bersenjata Syiah Irak yang didukung Iran pasukan mobilisasi populer membawa gambar Qassem Soleimani yang terbunuh di Baghdad tengah, Irak, 04 Januari 2020.
Foto: EPA-EFE/Ahmed Jalil
Seorang anggota kelompok bersenjata Syiah Irak yang didukung Iran pasukan mobilisasi populer membawa gambar Qassem Soleimani yang terbunuh di Baghdad tengah, Irak, 04 Januari 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, BAHGHDAD -- Analis menilai serangan Iran ke pangkalan militer Amerika Serikat di Irak dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pemimpin Iran kepada warganya.

Para pejabat Iran mengatakan kepada media pemerintah, setidaknya 80 personel AS telah tewas atau terluka dalam serangan itu. Mereka mengklaim jumlah korban disembunyikan dari publik, meski Iran pun tidak menunjukan bukti.

Baca Juga

Para analis mengatakan, korban terbatas itu dapat mengindikasikan serangan langsung pertama Iran ke pangkalan AS dirancang untuk memuaskan audiensi domestik. Para pemimpin ingin menunjukkan pembunuhan Soleimani telah dibalas, tanpa memaksa pemerintah Trump untuk membalas.

"Kami baru saja memberi (AS) tamparan di wajah tadi malam. Tapi itu tidak setara dengan apa yang mereka lakukan," ujar pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei, mengatakan kepada masyarakat di kota Qom.

Menurut kantor perdana menteri Irak, pangkalan udara Al-Asad di provinsi Anbar Irak mendapatkan 17 kali serangan, termasuk oleh dua rudal balistik yang gagal meledak. Lima rudal lebih lanjut menyasar sebuah pangkalan di kota utara Erbil dalam serangan itu, yang dimulai sekitar pukul 01.30 pagi waktu setempat pada Rabu (8/1)

Laporan The Guardian menyatakan, Irak, Inggris, Australia, Kanada, dan AS mengatakan tidak ada satu pun personel mereka yang terbunuh atau terluka. Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif tampaknya mengisyaratkan tidak ingin meningkatkan kondisi panas lebih jauh.

"Semua baik-baik saja!" kata Trump di Twitter. Sedangkan, Zarif menjelaskan, serangan itu berakhir pada Rabu pagi dan mengambarkan sebagai tindakan proporsional dalam pembelaan diri daripada tindakan perang.

Sekutu-sekutu AS juga sudah mulai meninggalkan Baghdad. Kanada, yang memimpin misi pelatihan NATO, mengatakan pihaknya menarik beberapa dari 500 tentaranya, dan Jerman mengatakan kehadirannya di Irak akan dikurangi. Sebagian besar pasukan NATO yang ditarik dilaporkan menuju Kuwait.

"Kami sementara waktu menangguhkan pelatihan kami di lapangan, dan kami mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi orang-orang kami," kata seorang juru bicara NATO.

Koalisi pimpinan AS untuk melawan ISIS juga memposisikan ulang pasukannya untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan. Sekretaris pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan, personel yang tidak penting dipindahkan dari Baghdad ke Taji, sekitar 30 km ke utara.

"Perang di Timur Tengah hanya akan menguntungkan Daesh (ISIS) dan kelompok teroris lainnya," ujar Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement