REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan serangan misil Iran ke pangkalan militer di Irak tak melukai satu pun tentara AS. Trump pun menilai hal itu sebagai upaya Teheran untuk mencegah eskalasi meningkat menjadi konflik.
Pasukan Iran menembakkan sejumlah misil ke pangkalan militer yang menampung tentara AS di Irak pada Rabu (8/1) dini hari waktu setempat. Serangan itu disebut sebagai serangan balasan atas pembunuhan jenderal senior Iran Qasem Soleimani oleh pesawat nirawak AS pada 3 Januari lalu.
"Semua tentara kita aman dan hanya kerusakan minimal yang terjadi di pangkalan militer kita. Iran tampaknya akan mundur, yang mana itu adalah sesuatu yang baik untuk semua pihak terkait dan sangat baik bagi dunia," kata Trump di Gedung Putih, Washington, Rabu (8/1) malam waktu setempat.
Trump menambahkan, meski negaranya memiliki militer dan persenjataan yang hebat namun itu bukan berarti pihaknya harus menggunakannya. "Kami tidak ingin menggunakannya," kata Trump.
Dia juga mendesak negara-negara dunia untuk keluar dari perjanjian nuklir tahun 2015 dengan Iran. AS sudah lebih dulu menarik diri pada 2018 dan mengupayakan perjanjian baru. Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JPCOA) atau dikenal sebagai perjanjian nuklir Iran disepakati oleh Iran, AS, Inggris, Prancis, Rusia, Cina, dan Jerman.
Penarikan diri AS dari perjanjian nuklir adalah faktor utama meningkatnya ketegangan antara Washington dan Teheran. Iran menolak untuk memulai pembicaraan baru perihal nuklir tersebut.
Pemerintah Iran belum memberikan respons atas komentar terbaru Trump ini. Kantor berita semi-resmi Iran, Fars, menggambarkan pernyataan presiden AS sebagai "mundur besar dari ancaman".
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan serangan itu 'menyimpulkan' respons Teheran atas pembunuhan Soleimani, pemimpin pasukan Quds yang bertanggung jawab untuk membangun jaringan proksi Iran di Timur Tengah.
Soleimani dimakamkan di kota asalnya, Kerman, pada Senin setelah hari berkabung nasional selama tiga hari dan ratusan ribu warga Iran melepas pemakamannya. "Kami tidak mencari eskalasi atau perang, tetapi akan membela diri terhadap setiap agresi," Zarif di Twitter.