Kamis 09 Jan 2020 10:41 WIB

Sejumlah Maskapai Alihkan Rute Penerbangan Agar Tidak Lewati Irak dan Iran

Pilot dan pesawat AS dilarang terbang di wilayah udara Irak dan Iran.

Red:
.
.

Dengan situasi di Timur Tengah semakin memanas, menyusul terbunuhnya jenderal Iran dan serangan rudal Iran ke Irak, rute penerbangan intternasional yang melewati dua negara tersebut akan diubah oleh beberapa maskapai.

  • Qantas mengubah rute Perth - London agar tidak melewati wilayah Irak dan Iran
  • Sejumlah rute dari maskpai lain juga dialihkan atau dibatalkan sama sekali
  • Ada kekhawatiran serangan bisa terjadi pada pesawat penerbangan sipil

 

Baca Juga

Salah satunya adalah maskapai milik Australia, Qantas Airlines, yang mengumumkan jalur penerbangan mereka tidak akan melintas di atas udara Irak dan Iran sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Karenanya, rute penerbangan langsung Qantas dari Perth, ibu kota Australia Barat ke London, yang dimulai dua tahun lalu, bisa diberhentikan untuk sementara.

Qantas juga mengatakan sedang mempertimbangkan pesawat dari Australia ke Eropa mungkin harus berhenti di kota Asia, untuk mengisi bahan bakar agar bisa terbang lebih jauh.

Penerbangan London dan Perth yang berdurasi 17 jam merupakan satu-satunya rute milik Qantas yang akan berubah karena situasi di Timur Tengah.

Saat Iran meluncukan puluhan rudal ke pangkalan militer Al-Assa dan Erbil di Iran, Qantas mengatakan tidak ada satu pun pesawatnya yang berada di wilayah Timur Tengah.

Aksi militer yang dilakukan Iran adalah tindak balasan terhadap tewasnya jenderal besar Iran Qassem Soleimani oleh pesawat drone milik Amerika Serikat.

Diketahui sejumlah penerbangan internasional lainnya, seperti Emirates, Etihad dan Qatar Airways yang terbang dari Australia berhenti di Timur Tengah dan melewati wilayah udara Irak dan Iran.

Banyak dari maskapai tersebut mengatakan mereka akan mengalihkan rute atau membatalkan sama sekali karena situasi yang memburuk di sana.

 

Pilot Amerika dilarang terbang di wilayah udara Timur Tengah

Hari Rabu, Administrasi Penerbangan Sipil Amerika Serikat (FAA) mengumumkan larangan pilot dan pesawat AS untuk terbang di wilayah udara Irak, Iran dan sebagian wilayah Teluk Persia.

Larangan itu sebagai bentuk tindakan berjaga-jaga mencegah kemungkinan pesawat komersial diidentifikasi sebagai pesawat yang terlibat dalam konflik senjata.

 

Otoritas Penerbangan Sipil Australia (CASA) tidak memiliki aturan seperti FAA, sehingga mereka tidak mengeluarkan larangan maskapai untuk terbang di daerah tertentu.

CASA mengatakan terserah kepada masing-masing maskapai untuk memutuskan apakah akan terbang di kawasan tersebut.

Berbagai maskapai lain juga sudah mengumumkan akan mengubah rute mereka.

Singapore Airlines: seluruh pesawat mereka akan dialihkan dari wilayah udara Iran.

Malaysia Airlines: selama ini pesawat mereka tidak melewati Iran dan akan diubah, sehingga menghindari Iran setelah adanya serangan rudal.

China Airlines: tidak akan terbang lewati Irak dan Iran karena memanasnya situasi.

Emirates dan flydubai: maskapai berbasis di Dubai membatalkan penerbangan ke Baghdad. Keputusan operasional selanjutnya akan diambil sesuai situasi mengatakan akan mengambil keputusan operasional sesuai situasi.

Qatar Airways: penerbangan ke Irak masih beroperasi dengan normal.

Korean Air Lines dan Thai Airways: sudah menghindari wilayah udara Irak dan Iran sebelum serangan rudal tersebut.

Maskapai penerbangan semakin berhati-hati dengan kemungkinan serangan terhadap pesawat sipil menyusul ditembaknya pesawat Malaysia Airlines MH17 di tahun 2014, tepatnya di atas wilayah Ukraina yang menewaskan 298 orang.

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

ABC/Reuters

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement