Kamis 09 Jan 2020 17:44 WIB

Korban Kecelakaan Pesawat Boeing di Iran Kebanyakan Warga Iran dan Kanada

Pejabat Iran mencurigai adanya masalah pada mesin pesawat yang berumur tiga tahun itu

Red:
.
.

Kanada berduka dengan 63 penumpang yang menaiki pesawat Ukraine International Airlines yang jatuh di Tehran hari Rabu (8/1/2020) berasal dari negara tersebut termasuk satu pasangan yang berencana untuk menikah.

Tewaskan Calon Pengantin

 

Baca Juga

Pesawat Boeing 737-800 tersebut yang membawa keseluruhan 176 orang di dalamnya sedang dalam perjalanan dari Tehran ke ibukota Ukraina Kiev. Arash Pourzarabi (26) dan Pouneh Gourji (25) adalah sepasang kekasih dan keduanya adalah sarjana ilmu komputer di Universitas Alberta di Edmonton, Kanada.

Pasangan tersebut terbang ke Iran bersama empat orang yang berencana untuk hadir di pernikahan mereka namun tidak ada yang selamat. Dalam pesawat tersebut juga ada 24 warga asal Iran lainnya yang tinggal di Edmonton.

Korban lain dalam pesawat nahas itu adalah 82 warga Iran, 11 asal Ukraina, 10 dari Swedia, empat asal Afghanistan, tiga dari Jerman, dan tiga warga Inggris.

Berita kecelakaan ini mengejutkan Reza Akbari yang adalah ketua kelompok warga keturunan Iran di Edmonton. "Saya betul-betul tidak percaya. Kejadian ini mengagetkan semua anggota komunitas kami." katanya.

 

'Ini kehilangan yang sangat besar'

 

Dalam kecelakaan tersebut juga ditemukan paling sedikit 10 anggota Universitas Alberta yang meliputi murid, anggota fakultas dan alumni meninggal dunia. Mojgan Daneshmand yang merupakan profesor teknik listrik dan suaminya, Pedram Mousavi yang adalah profesor teknik mesin di universitas itu menjadi korban.

Kedua anak perempuan mereka yang masing-masing berusia 14 dan 10 tahun juga meninggal dunia. Hossein Saghlatoon, murid dari Pedram mengatakan bahwa keluarga tersebut terbang ke Iran untuk mengunjungi kakek-nenek mereka.

"Semua orang menangis tadi malam," kata Hossein yang sudah menganggap dosennya bagaikan ayah sendiri. "Ini kehilangan yang sangat besar. Kekosongan [yang kami alami] tidak dapat digantikan oleh siapapun atau apapun."

Rektor Universitas Alberta, David Turpin mengatakan musibah ini menimbulkan rasa kehilangan yang sangat mendalam. "Kesedihan yang kami rasakan di kampus tidak dapat digambarkan."

 

'Banyak yang kami harus lakukan'

 

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau dalam konferensi pers yang digelar kemarin berjanji akan memberikan jawaban atas pertanyaan masyarakat tentang kecelakaan tersebut.

Kecelakaan pesawat ini merupakan salah satu peristiwa yang memakan jiwa terbanyak warga Kanada dalam penerbangan. "Pemerintah akan terus bekerjasama dengan rekan internasionalnya dan memastikan kasus ini diselidiki sedalam-dalamnya untuk menjawab pertanyaan warga Kanada."

Meskipun Kanada telah memutus hubungan diplomatis dengan Iran di tahun 2012, ia ingin agar negara tersebut berkontribusi besar dalam proses penyelidikan jatuhnya pesawat itu.

"Kanada punya banyak negara di dalamnya yang sangat terampil, terutama dalam menangani kecelakaan seperti ini. Inilah mengapa kami harus banyak berkontribusi."

Justin Trudeau juga mengungkapkan rasa dukanya terhadap 138 korban yang rencananya setibanya di Kiev akan melanjutkan perjalanan ke Kanada.

"Mereka semua memiliki potensi dan masa depan menunggu mereka," kata Justin Trudeau kepada wartawan di Ottawa.

"Masyarakat Kanada berduka bersama Anda," katanya kepada keluarga korban.

Penerbangan Tehran-Kiev ini menjadi banyak pilihan bagi warga Kanada yang ingin mengunjungi Iran, karena tidak adanya penerbangan langsung antar kedua negara.

Dalam penerbangan kemarin pesawat itu banyak membawa mahasiswa dan dosen yang ingin kembali ke Kanada setelah menjalani liburan.

Kotak hitam telah ditemukan

Kotak hitam yang merekam suara dan menyimpan data telah ditemukan sebagaimana diberitakan televisi lokal Iran.

Namun menurut kepala organisasi sipil Iran, Ali Abedzadeh, belum jelas ke negara apa kotak itu akan dikirimkan oleh Iran untuk dianalisa tapi yang pasti tidak kepada Boeing.

Pesawat tersebut jatuh beberapa jam setelah Iran meluncurkan serangan misil ke pangkalan udara Amerika Serikat di Irak.

Namun, pejabat Iran mencurigai kemungkinan adanya masalah pada mesin pesawat yang berumur tiga tahun itu.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement