Jumat 10 Jan 2020 04:53 WIB

Australia Kembali Meminta Warga Lakukan Evakuasi Massal

Cuaca panas mengipasi kebakaran hutan Australia.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Kanguru tampak di kawasan semak hutan Australia dengan langit oranye akibat kebakaran hutan di sekitar Canberra, Australia, (5/1).
Foto: EPA
Kanguru tampak di kawasan semak hutan Australia dengan langit oranye akibat kebakaran hutan di sekitar Canberra, Australia, (5/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MERIMBULA--Pihak berwenang Australia menyerukan evakuasi massal di seluruh tenggara negara itu. Setelah cuaca panas kembali mengipasi kebakaran hutan yang mengancam beberapa kota dan komunitas.

Perdana Menteri Negara Bagian Victoria Daniel Andrews mendesak masyarakat untuk berhati-hati pada cuaca ekstrem yang akan datang. Ia meminta masyarakat untuk menuruti instruksi pemerintah.

Baca Juga

"Jika Anda menerima instruksi untuk pergi, Anda harus pergi, hanya itu satu-satunya cara untuk menjamin keselamatan Anda," kata Andrews dalam pidato yang disiarkan televisi, Kamis (9/1).

Sebagian populasi di wilayah di Pulau Kanguru yang terkenal sebagai destinasi wisata kembali dievakuasi. Padahal pada Rabu (8/1) Perdana Menteri Australia Scott Morrison meminta turis asing tidak perlu khawatir untuk datang ke Pulau Kanguru yang kaya satwa itu.

"Saya mendesak semua orang untuk mengindahkan peringatan, mengikuti saran dan berjalan ke bagian timur pulau, yang mana dinilai aman pada saat ini," kata Kepala Pemadam Kebakaran Australia Selatan Mark Jones dalam pertemuan yang berbeda di Adelaide.  

Sepertiga Pulau Kanguru habis terbakar. Menurut pemerintah federal Australia sepanjang kebakaran terjadi sudah ada 27 tahun orang yang tewas. Api membakar lebih dari 10,3 juta hektar lahan atau seluas Korea Selatan.

Ribuan orang menjadi tuna wisma dan ratusan lainnya berulang kali harus dievakuasi. Karena munculnya kebakaran tidak pasti.

Warga di kota pantai Mallacoota salah satu masyarakat yang diminta untuk pergi. Warga Mallacoota harus tinggal di pantai selama beberapa hari sampai militer melakukan evakuasi yang baru berakhir hari Rabu kemarin.

"Jika kami melakukan evakuasi kemana kami pergi, listrik perlahan-lahan mulai mengalir kembali tapi semua orang masih mengandalkan generator dan bahan bakar sangat terbatas," kata salah satu warga Mark Tregellas.

Tregellas menghabiskan malam tahun baru di landasan kapal karena api menghancurkan kotanya. Ia salah satu dari sekitar 1.000 orang yang memutuskan untuk bertahan.

"Sekarang orang-orang kehabisan bensin jadi sebagian besar sekarang mereka mengendarai sepeda," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement