Jumat 10 Jan 2020 12:51 WIB

PM Kanada Meyakini Pesawat Ukraina Jatuh Tertembak Rudal

PM Kanada mengatakan berdasarkan laporan intelijen pesawat Ukraina tertembak rudal

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
PM Kanada Justin Trudeau mengatakan berdasarkan laporan intelijen pesawat Ukraina tertembak rudal. Ilustrasi.
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
PM Kanada Justin Trudeau mengatakan berdasarkan laporan intelijen pesawat Ukraina tertembak rudal. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TRENTON -- Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau meyakini pesawat Ukraina Airlines jatuh karena tertembak rudal Iran. Pada konferensi pers, Trudeau mengonfirmasi bahwa berdasarkan laporan intelijen dari berbagai sumber mengarah pada kesimpulan tersebut.

"Kami memiliki intelijen dari berbagai sumber termasuk sekutu dan intelijen kami sendiri. Bukti menunjukkan bahwa pesawat itu ditembak oleh rudal Iran. Mungkin ini tidak sengaja," ujar Trudeau dilansir Anadolu Agency, Jumat (10/1).

Baca Juga

Trudeau mengatakan untuk memastikan penyebabnya dibutuhkan penyelidikan secara menyeluruh dan kredibel. Pemerintah Kanada tidak akan berhenti bekerja hingga penyebab jatuhnya pesawat itu diketahui.

"Keluarga para korban dan semua warga Kanada menginginkan jawaban. Saya menginginkan jawaban. Itu berarti harus ada transparansi, akuntabilitas, dan keadilan. Pemerintah tidak akan berhenti bekrja hingga kita mendapatkannya," kata Trudeau.

Ukrainian International Airlines Boeing 737-800 mengalami masalah teknis setelah lepas landas dan terjatuh. Dalam laporan disebutkan bahwa tidak ada komunikasi radio dari pilot. Pesawat tersebut menghilang dari radar pada ketinggian delapan ribu kaki. Sebanyak 63 warga Kanada menjadi korban. Sebagian besar penumpang adalah warga Iran.

Kecelakaan terjadi beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal terhadap pangkalan AS di Irak. Hal ini membuat beberapa orang berspekulasi bahwa pesawat itu mungkin terkena tembakan. Serangan rudal Iran merupakan balasan dari serangan udara AS yang menewaskan komandan militer Iran, Qasem Soleimani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement