REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Iran Hassan Rouhani melakukan pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Swedia. Dia mengucapkan berbelasungkawa panjang atas hilangnya nyawa beberapa warga Swedia dalam kecelakaan pesawat Ukraina seusai lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran, Rabu (8/1) lalu.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Kantor Kepresidenan Iran, disebutkan bahwa Rouhani berbicara kepada Stefan Lofven dari Swedia. Dia menyinggung soal upaya melanjutkan penyelidikan kecelakaan pesawat Ukraina sampai tuntas.
"Republik Islam Iran akan melanjutkan penyelidikannya sampai hasil akhirnya tercapai dan itu akan dengan jelas menginformasikan opini publik tentang hasilnya," kata Rouhani kepada Lofven dilansir Anadolu Agency, Senin (13/1).
Pada Sabtu lalu, Iran mengakui bahwa pihaknya secara tidak sengaja menembak jatuh sebuah pesawat penumpang milik Ukraine International Airlines pada 8 Januari. Rouhani menyalahkan kehadiran militer AS untuk ketegangan di wilayah tersebut.
"Kehadiran militer AS di kawasan itu dan pembunuhan Jenderal Soleimani telah menyebabkan ketegangan dan membuat marah negara-negara. Kita semua harus bergandengan tangan dan memulihkan keamanan di wilayah ini dan memungkinkan perdamaian terjadi di wilayah ini," katanya.
Rouhani juga menekankan masalah di kawasan itu harus diselesaikan hanya oleh negara-negara regional melalui cara-cara politik dan dialog. Rouhani menegaskan, kedaulatan negara harus dihormati.
Terkait serangan terhadap pangkalan udara Ain al-Assad, Rouhani mengatakan, itu sepenuhnya sah berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB untuk pertahanan sah Iran. Ketegangan pun melonjak di kawasan itu setelah AS membunuh Qasem Soleimani, seorang jenderal top Iran.
Soleimani tewas dalam serangan udara drone di luar bandara Baghdad awal bulan ini. Iran membalas dengan menembakkan selusin rudal balistik ke pangkalan-pangkalan Irak yang menampung pasukan AS.