REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir dan Aljazair mendukung gencatan senjata di Libya pada Ahad (12/1) waktu setempat. Sebelumnya Turki dan Rusia secara bersama mendesak gencatan senjata di Tripoli.
"Mesir menyambut gencatan senjata tanpa syarat yang diumumkan di Libya dan menyatakan dukungannya kepada semua orang yang akan mencegah pertumpahan darah saudara-saudara kita di Libya," kata Kementerian Luar Negeri Mesir dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Anadolu Agency, Senin (13/1).
Pernyataan tersebut juga menyebut bahwa Mesir mendukung solusi politik yang komperehensif untuk melindungi persatuan dan integritas wilayah negara-negara tetangganya, termasuk Libya. Kementerian Luar Negeri Aljazair juga mengatakan hal senada.
"Menyambut gencatan senjata di Libya, Aljazair mendesak semua pihak untuk mematuhi gencatan senjata dan untuk melanjutkan proses dialog sesegera mungkin," demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Aljazair.
Pada Sabtu, Pemerintah Kesepakatan Nasional atau Goverment of National Accord (GNA) yang diakui secara internasional dan pasukan yang setia kepada Jenderal Libya Khalifa Haftar, telah menerima pembelaan menerima panggilan bersama oleh Turki dan Rusia untuk gencatan senjata. Gencatan senjata mulai berlaku pada tengah malam waktu setempat pada Ahad. Keputusan itu dirayakan dengan kembang api di Tripoli.
Sejak penggulingan almarhum pemimpin Muammar Gaddafi pada 2011, dua kursi kekuasaan telah muncul di Libya. Pertama di Libya timur didukung terutama oleh Mesir dan Uni Emirat Arab dan kedua di Tripoli, yang diakui oleh PBB dan internasional.
Pada 4 April, Haftar meluncurkan serangan untuk merebut Tripoli dari GNA. Menurut PBB, lebih dari 1.000 orang telah tewas sejak awal operasi dan lebih dari lima ribu lainnya terluka.