REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN – Raja Yordania Abdullah II turut mengomentari ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Menurutnya, saat ini kedua negara telah menunjukkan peredaan eskalasi.
“Sejauh ini sepertinya deeskalasi. Kami berharap itu bisa terus menjadi tren. Kami tidak bisa memberi ketidakstabilan di bagian dunia kami,” kata Raja Abdullah dalam sebuah wawancara dengan televisi Prancis, France 24, yang disiarkan pada Senin (12/1), dikutip laman Times of Israel.
Hal itu diungkapkan karena menurut Raja Abdullah, apa yang terjadi di Iran akan berdampak pada negara lain di kawasan, bahkan proses perdamaian Palestina. “Apapun yang terjadi di Teheran akan mempengaruhi Baghdad (Irak), Amman (Yordania), Beirut (Lebanon), proses Israel-Palestina,” ujarnya.
Pada Ahad lalu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani melakukan kunjungan ke Teheran, Iran. Dia bertemu Presiden Iran Hassan Rouhani dan pejabat tinggi lainnya untuk membahas ketegangan di Timur Tengah.
Dalam pertemuan tersebut Sheikh Tamim dan Rouhani mendiskusikan tentang pembunuhan Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Soleimani di Bandara Internasional Baghdad, Irak, oleh Amerika Serikat (AS). Dibahas pula tentang serangan misil Iran yang membidik basis militer AS di Irak.
Dua peristiwa itu telah meningkatkan ketegangan di kawasan. Sheikh Tamim menyerukan solusi damai antara Iran dan AS.
"Kunjungan ini datang pada saat yang genting di kawasan dan kami sepakat dengan saudara-saudara dan Yang Mulia Presiden (Rouhani) bahwa satu-satunya solusi untuk krisis ini adalah deeskalasi dari semua pihak serta dialog," kata Shiekh Tamim dalam konferensi pers, dikutip laman Aljazirah.
Sheikh Tamim adalah pemimpin negara pertama yang mengunjungi Iran sejak dibunuhnya Soleimani oleh AS pada 3 Januari lalu. Peristiwa itu telah memicu kecemasan tentang kemungkinan konflik terbuka antara Iran dan AS.
Kekhawatiran meningkat saat Iran melancarkan puluhan misil ke pangkalan Ain al-Asad di Irak pada Rabu pekan lalu. Pangkalan itu merupakan markas militer AS di Irak.
Garda Revolusi Iran menyebut serangan itu hanya permulaan dari serangkaian balas dendam atas dibunuhnya Soleimani.