REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan masih terlalu dini untuk pesimistis tentang kelanjutan pembicaraan denuklirisasi dengan Korea Utara (Korut). Menurutnya Pyongyang belum menutup pintu negosiasi.
"Beberapa (pihak) khawatir tentang putaran baru provokasi tepat pada waktu ulang tahun pemimpin (Korut) Kim (Jong-un). Sebaliknya, Presiden (AS Donald) Trump mengiriminya ucapan selamat ulang tahun untuk menekankan kesediaannya berbicara," kata Moon pada Selasa (14/1) dikutip laman kantor berita Korsel, Yonhap.
Menurut dia apa yang dilakukan merupakan ide bagus. "Korut menerimanya (ucapan ulang tahun Trump) dan segera mengeluarkan tanggapan. Itu menekankan hubungan antara kedua pemimpin," ujarnya.
Moon mengakui saat ini pembicaraan denuklirisasi antara Korut dan AS memang tengah terhenti. "Tapi saya akan mengatakan kedua pemimpin, Presiden Trump dan pemimpin Kim, terus saling mempercayai dan melanjutkan upaya mereka," kata dia.
Akhir pekan lalu Korut merilis pernyataan yang menyebut bahwa Trump telah mengirim surat berisi ucapan selamat ulang tahun kepada Kim. Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Korut mengungkapkan Kim memang menyukai Trump secara pribadi. Namun dia tidak akan membuat kebijakan berdasarkan perasaan pribadinya.
Saat ini perundingan denuklirisasi antara Korut dan AS sedang terhenti. Kedua negara masih belum dapat menyepakati tuntutan masing-masing perihal penerapan sanksi.
Korut, yang telah menutup beberapa situs uji coba rudal dan nuklirnya, meminta AS mencabut sebagian sanksi ekonominya. Namun AS tetap berkukuh tak akan mencabut sanksi apa pun kecuali Korut telah melakukan denuklirisasi menyeluruh dan terverifikasi.
Sebelumnya Kim Jong-un telah memberi tenggat waktu hingga akhir 2019 bagi AS untuk menunjukkan fleksibilitas dalam posisinya bernegosiasi. Jika tidak Kim menyatakan bisa memutuskan untuk mengambil jalan baru yang tidak ditentukan. Saat itu Washington tak memberi respons apa pun terkait peringatan yang dilayangkan Kim.