Selasa 14 Jan 2020 17:02 WIB

Iran Umumkan Penangkapan Kasus Penembakan Pesawat Ukraina

Iran mengakui menembak pesawat Ukraina yang menewaskan 176 orang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Petugas menunjukkan foto seorang gadis di lokasi jatuhnya pesawat Ukraina di Shahedshahr, Teheran, Iran, Rabu (8/1).
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Petugas menunjukkan foto seorang gadis di lokasi jatuhnya pesawat Ukraina di Shahedshahr, Teheran, Iran, Rabu (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Peradilan Iran mengatakan sudah ada penangkapan yang dilakukan atas penembakan pesawat Ukraina yang menewaskan 176 orang pekan lalu. Pengumuman tersebut dilakukan di tengah gelombang kemarahan dan protes rakyat Iran atas penembakan tersebut.

Awalnya, Iran membantah tuduhan pesawat itu tidak sengaja ditembak jatuh. Mereka baru mengakuinya pada Sabtu (11/1) lalu. Tiga hari setelah peristiwa terjadi dan dihadapkan oleh bukti-bukti tak terelakan. Garda Revolusi Iran tidak sengaja menembak jatuh pesawat tersebut.

Baca Juga

"Penyelidikan intensif sudah dilakukan dan beberapa orang ditahan,"kata juru bicara peradilan Iran Gholamhossein Esmaili seperti dikutip media milik pemerintah Iran, Selasa (14/1).  

Presiden Iran Hassan Rouhani menyerukan pengadilan khusus untuk menyelidiki kejadian itu. Sebagian besar korban penumpang pesawat Ukraina adalah warga Iran dan Iran-Kanada.

"Peradilan harus membentuk pengadilan khusus dengan hakim tinggi dan puluhan pakar, ini bukan kasus biasa, seluruh dunia akan menyaksikan pengadilan ini," kata Rouhani dalam pidatonya yang disiarkan televisi Iran.

Rouhani menyebut penembakan itu kesalahan yang 'menyakitkan dan tak terlupakan'. Ia berjanji pemerintahannya akan mengejar kasus ini sampai tuntas.

"Tanggung jawab jatuh lebih dari satu orang, ada yang lainnya juga dan saya ingin isu ini diungkapkan secara jujur," katanya.

Rouhani menambahkan orang yang ditemukan bersalah harus dihukum. Ia mengatakan langkah pemerintah bersedia mengakui pasukan Iran yang menembak jatuh pesawat itu 'langkah pertama yang bagus'.

Pesawat yang menuju Kiev, Ukraina tersebut membawa 167 penumpang dari berbagai negara dan sembilan orang kru pesawat. Berdasarkan data pemerintah dalam pesawat itu ada 82 warga Iran, 57 warga Kanada yang sebagian besar warga Iran-Kanada dan 11 warga Ukraina.

Iran menembak jatuh ketika mereka bersiap untuk menghadapi serangan balasan Amerika Serikat (AS). Setelah Teheran menembakan rudal ke pangkalan militer di Irak yang menampung pasukan AS pada 8 Januari.

Tidak ada pasukan AS atau Irak yang tewas dan terluka dalam serangan itu. Serangan tersebut sebagai balasan setelah AS membunuh komandan militer Iran Jenderal Qassem Soleimani di Baghdad 3 Januari lalu.  

Pada akhir pekan lalu, kepala divisi angkatan udara Garda Revolusi Iran Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan unitnya menerima tanggung jawab sepenuhnya penembakan tersebut. Ia mengatakan ketika ia mengetahui penembakan itu terjadi ia berpikir 'saya harap saya mati'.

Insiden tersebut meningkatkan pertanyaan mengapa Iran tidak menutup bandara internasional atau ruang udara mereka ketika bersiap menghadapi serangan balasan dari Amerika. Penembakan dan buruknya transparansi di sekitarnya menimbulkan kemarahan rakyat Iran terhadap pemimpin-pemimpin negara itu.  

Hari ini peradilan Iran juga mengumumkan penangkapan 30 orang pengunjuk rasa. Tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut peradilan Iran mengatakan beberapa orang yang ditahan sudah dibebaskan.

Pada Sabtu lalu, Iran menahan Duta Besar Inggris Rob Macaire. Ia mengatakan saat itu sedang menuju acara berkabung korban pesawat Ukraina yang ditembak jatuh. Macaire mengaku langsung meninggalkan lokasi ketika warga mulai bersorak dan melakukan protes.

Menteri Luar Negeri Iran memanggil duta besar Inggris untuk melayangkan protes kehadirannya di unjuk rasa ilegal. Sebagai balasannya Inggris memanggil duta besar Iran 'untuk menunjukkan keberatan kami' atas penahanan akhir pekan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement