REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengganti perjanjian nuklir Iran dengan perjanjian baru. Hal itu menurut Johnson dilakukan guna memastikan bahwa Iran tidak akan mendapatkan senjata nuklir.
"Jika kita menyingkirkannya, mari kita ganti, dan mari kita ubah dengan kesepakatan (versi) Trump," ujar Johnson tentang kesepakatan pengendalian senjata nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) dengan Teheran. Johnson mengatakan, langkah itu akan menjadi cara yang baik untuk maju.
"Presiden Trump adalah pembuat kesepakatan yang hebat, dengan caranya sendiri. Mari kita bekerja sama untuk menggantikan JCPOA dan mendapatkan kesepakatan Trump sebagai gantinya," ujar Johnson dalam wawancara dengan BBC disadur Reuters, Selasa (14/1).
Di bawah JCPOA, Teheran bersama enam negara, AS, Cina, Prancis, Jerman, Rusia, dan Inggris setuju untuk membatasi kegiatan nuklirnya. Namun, pada 2018, Trump menarik diri dari JCPOA itu.
Negara kekuatan Eropa menegaskan masih mendukung kesepaktan nuklir 2015, meski Teheran mengumumkan akan meninggalkan batasan guna memperkaya uranium, yang jelas memperburuk JCPOA.
"Jika Anda menyingkirkan kesepaktan nuklir ini, JCPOA, itulah yang diinginkan Trump. MAksud saya kepada teman-teman Amerika kami adalah, lihat, entah bagaimana Anda harus menghentikan Iran memperoleh senjata nuklir," ujar Johnson.
"Dari sudut pandang AS, JCPOA adalah perjanjian yang cacat, dan berakhir, ditambah itu dinegosiasikan era-Presiden Obama. Dari sudut pandang mereka, ada banyak kesalahan," ujarnya.
Penasihat Gedung Putih Kellyanne Conway mengatakan, Trump meyakini dirinya masih bisa menegosiasikan kembali kesepakatan nuklir baru dengan Iran. "Saya tidak ingin konflik militer antara kami, AS dan Iran, mari kita hentikan hal ini," ujar Johnson.