REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengumumkan penangkapan pertamanya atas penembakan pesawat Ukraina, Selasa (14/1) menyusul kemarahan rakyat atas kecelakaan yang menurut Iran akibat human error itu. Pada konferensi pers yang disiarkan di televisi, pengadilan Iran mengumumkan penangkapan pertama dari sejumlah orang yang dilakukan atas kesalahan tembak.
Akan tetapi, pengadilan tidak menyebutkan jumlah pasti orang yang ditangkap atau hendak ditangkap. "Investigasi ekstensif telah dilakukan dan beberapa orang telah ditangkap," ujar juru bicara pengadilan Iran, Gholamhossein Esmaili dikutip Channel News Asia, Selasa (14/1).
Pengumuman tersebut muncul tak lama setelah Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan semua orang yang bertanggung jawab atas bencana tersebut harus dihukum. "Bagi kami, sangat penting dalam insiden ini bahwa siapapun yang bersalah atau lalai pada tingkat apa pun akan menghadapi keadilan. Siapapun yang harus dihukum harus dihukum," ujar Rouhani.
"Pengadilan harus membentuk pengadilan khusus dengan hakim tingkat tinggi dan puluhan ahli. Seluruh dunia akan menyaksikan," ujarnya menambahkan.
Menurut Rouhani, tidak mungkin hanya orang dapat melakukan kesalahan menekan tombol rudal. "Ada orang lain dan saya ingin ini dijelaskan kepada orang-orang secara eksplisit," katanya.
Pesawat Ukraine International Airlines jatuh tertembak rudal Iran tak lama setelah lepas landas, Rabu pekan lalu. Akibatnya 176 orang yang terdiri dari awak, pilot, dan penumpang seluruhnya tewas.
Selama beberapa hari, Iran membantah klaim Amerika Serikat (AS) dan Barat bahwa misil Iranlah yang menembak. Namun, akhir pekan lalu militer Iran mengakui secara tak sengaja menembak pesawat Ukraina.
Iran kemudian berada di bawah tekanan internasional untuk memastikan investigasi terhadap tragedi itu dengan penuh dan transparan. Penanganan pihak berwenang atas insiden ini juga membuat warga Iran marah. Video yang diposting di media sosial, Senin menunjukkan pengunjuk rasa yang turun ke jalan selama tiga hari berturut-turut yang menentang pemerintah Iran.
Iran menembakkan rudal sebagai bagian dari pembalasan atas serangan pesawat nirawak AS yang menewaskan Komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani, pada 3 Januari. Menyikapi masalah itu, Rouhani mengatakan akar dari semua kesedihan kembali ke AS. "Ini tidak bisa menjadi alasan bagi kita untuk tidak melihat semua akar penyebab dari bencana udara yang terjadi," kata Rouhani.
Dalam investigasi ini, Iran juga mengundang para ahli dari Kanada, Prancis, Ukraina, dan AS untuk mengambil bagian dalam penyelidikan jatuhnya pesawat Ukraina. Pada Senin malam waktu setempat, Dewan Keselamatan Transportasi Kanada mengatakan para penyelidik yang menyelidiki kasus ini langsung ke Teheran akan diberikan akses ke lokasi jatuhnya pesawat serta merekam kotak hitam dari pesawat Boieng 737 itu.Fre