Rabu 15 Jan 2020 04:21 WIB

Jelang Kesepakatan Dagang, China Impor Barang dari AS

Beijing akan membeli barang senilai 200 miliar dolar AS selama dua tahun ke depan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolanda
Petugas memindahkan barang impor ke truk di pelabuhan bongkar muat di Qingdao, Provinsi Shandong, China, Senin (14/10). Ekspor China mengalami penurunan 1,1 persen, sementara impor naik 0,3 persen.
Foto: Chinatopix via AP
Petugas memindahkan barang impor ke truk di pelabuhan bongkar muat di Qingdao, Provinsi Shandong, China, Senin (14/10). Ekspor China mengalami penurunan 1,1 persen, sementara impor naik 0,3 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina dilaporkan telah menyetujui impor barang dalam jumlah besar dari Amerika Serikat (AS), Selasa (14/1). Hal ini mengindikasikan tahap pertama kesepakatan dagang antara kedua negara ekonomi besar itu.

Menurut South China Morning Post yang dilansir Anadolu Agency, setelah kesepakatan itu, Beijing akan membeli barang lagi senilai 200 miliar dolar AS selama dua tahun ke depan dari empat industri AS.

Rincian mengenai kesepakatan itu akan diumumkan ketika Wakil Perdana Menteri Cina dan kepala negosiator Beijing Liu He mendarat di Washington untuk kemungkinan terlaksananya penandatanganan kesepakatan pada Rabu (15/1).

Meski demikian, surat kabar SCMP mencatat, Beijing akan membeli barang-barang manufaktur dari AS, dengan target impor 75 miliar dolar AS. Kesepakatan itu juga menyebutkan bahwa Beijing akan membeli energi senilai 50 miliar dolar AS. Sementara 40 miliar dolar AS di bidang pertanian dan 35 miliar dolar AS dalam layanan, dari AS.

Dikutip laman Reuters, perjanjian Fase 1 menyerukan pembelian barang pertanian AS di Cina meningkat sekitar 32 miliar dolae AS selama dua tahun, atau sekitar 16 miliar dolar AS per tahun. Ketika dikombinasikan dengan ekspor pertanian AS senilai 24 miliar dolar AS pada tahun 2017, totalnya mendekati target tahunan 40 miliar dolar AS yang memang sudah digembar-gemborkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Dua kekuatan ekonomi utama dunia itu telah terlibat dalam pertikaian perdagangan selama dua tahun terakhir. Pada 2019, Cina menyaksikan perlambatan pertumbuhan ekonomi untuk pertama kalinya dalam 29 tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement