REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kantor berita Iran melaporkan Duta Besar Inggris Robert Macaire meninggalkan negara itu setelah sempat ditangkap dan ditahan sebentar. Rabu (15/1) kantor berita IRNA mengatakan Macaire pergi dari Iran setelah memberikan notifikasi pendek.
Macaire ditahan pada Sabtu (11/1) ditangkap setelah menghadiri acara berkabung korban pesawat Ukraina yang ditembak jatuh Garda Revolusi Iran. Acara malam berkabung itu berubah menjadi unjuk rasa anti-pemerintah dan Macaire langsung pergi tapi ia segera ditangkap polisi.
Di tempat lain Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan pasukan Eropa di Timur Tengah 'dapat berada dalam bahaya'. Sebelumnya Inggris, Prancis, dan Jerman menuduh Iran melanggar kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Rouhani menyampaikan pernyataan tersebut dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi. Ini pertama kalinya ia memberikan ancaman terhadap Eropa. Di saat yang sama ketegangan antara Washington dan Teheran yang dimulai sejak Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari JCPOA pada 2018 terus meningkat.
"Hari ini tentara Amerika dalam bahaya, besok tentara Eropa bisa dalam bahaya," kata Rouhani.
Ia tidak menjelaskan maksudnya walaupun banyak pasukan Eropa yang ditugaskan di Irak dan Afghanistan. Prancis juga mempertahankan pangkalan laut mereka di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab. Sementara Inggris membuka pangkalan di kepulauan Bahrain.
Diplomat tinggi Teheran mengakui rakyat Iran 'dibohongi' selama selama berhari-hari setelah pemerintahan Iran tidak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina. Peristiwa tersebut menewaskan 176 orang yang berada di dalam pesawat.
Pengakuan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dikatakan dalam sebuah pertemuan di New Delhi, India. Ini pertama kalinya pejabat Iran mengakui klaim Teheran yang menyatakan pesawat Ukraina jatuh karena kerusakan teknis adalah sebuah kebohongan.
Penembakan tersebut memicu unjuk rasa anti-pemerintah. Dua pekan yang lalu ketegangan antara AS dan Iran mencapai puncaknya setelah serangan udara AS menewaskan komandan militer Iran Jenderal Qasem Soleimani. Lalu Iran membalasnya dengan menembakan rudal ke pangkalan militer yang menampung pasukan AS di Irak.