Rabu 15 Jan 2020 19:56 WIB

Turki akan Hentikan Pelanggaran Genjatan Senjata di Idlib

Turki sesumbar akan menghentikan rezim Bashar al-Assad di Idlib.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan menghentikan rezim Bashar al-Assad di Idlib.
Foto: FAZRY ISMAIL/EPA-EFE
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan menghentikan rezim Bashar al-Assad di Idlib.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Turki bertekad menghentikan rezim Suriah di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad yang berupaya melanggar gencatan senjata di provinsi barat laut Idlib. 

Hal ini disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dilansir Anadolu Agency, Rabu (15/1).

Baca Juga

"Kami bertekad menghentikan upaya rezim untuk melanggar gencatan senjata. Diri kami jika diperlukan. Ini bukan lelucon. Semua orang harus melihat dan menerima bahwa Turki pasti melakukan apa yang dikatakannya," kata Erdogan di Ankara.  Erdogan menginginkan gencatan senjata itu terus berlangsung. Hal ini merujuk pada gencatan senjata yang dimulai Ahad pagi, yang berhasil mencapai kesepakatan deeskalasi yang sering dilanggar yang dicapai pada September 2018.

Gencatan senjata sebelumnya di Provinsi Idlib dipatahkan rezim Assad. Namun dia mengatakan bahwa kali ini situasinya berbeda. Erdogan menekankan bahwa 400 ribu warga Suriah harus dikembalikan ke rumah mereka di bawah gencatan senjata. 

Dia mendesak masyarakat internasional membahas penggunaan kekerasan rezim Suriah. Turki mendorong keras untuk gencatan senjata di Idlib setelah wilayah itu mengalami berbulan-bulan pemukulan oleh pasukan yang setia kepada rezim Bashar al-Assad dan sekutunya, mengirim sekitar satu juta pengungsi sipil berbondong-bondong menuju perbatasan Turki.

Turki dan Rusia sepakat pada September 2018 untuk mengubah Idlib menjadi zona deeskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang. 

Sejak itu, lebih dari 1.300 warga sipil di sana tewas dalam serangan-serangan oleh rezim dan pasukan Rusia ketika gencatan senjata terus dilanggar.

Lebih dari satu juta warga Suriah telah bergerak di dekat perbatasan Turki karena serangan hebat selama setahun terakhir. "Kami tidak memiliki desain kekaisaran. Kami hanya bertujuan untuk melindungi hak-hak dan masa depan diri kita dan saudara-saudara kita," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement