REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan China perlu menghadapi kenyataan Taiwan adalah sebuah negara merdeka. Menurut Tsai, dia tak perlu menegaskan kembali hal tersebut.
"Kami tidak perlu menyatakan diri kami sebagai negara merdeka. Kami sudah menjadi negara merdeka dan menyebut diri kami Republik China, Taiwan," kata Tsai dalam sebuah wawancara dengan BBC, dilaporkan laman South China Morning Post, Rabu (15/1).
Dia pun memperingatkan China agar tak mengambil kebijakan agresi terhadap Taiwan. "Menyerang Taiwan adalah sesuatu yang akan sangat mahal bagi China. Kami adalah demokrasi yang sukses, kami memiliki ekonomi yang cukup baik, kami layak mendapat hormat dari China," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Tsai pun menyinggung tentang kemenangan partainya, Democratic Progressive Party (DPP), dalam pemilu Taiwan belum lama ini. Tsai yakin hal tersebut merupakan bukti bahwa masyarakat Taiwan tak lagi tertarik atau berminat pada konsep China, termasuk ambiguitas yang diciptakannya atas status pulau tersebut.
Sementara itu, juru bicara Dewan Urusan Taiwan di Beijing Ma Xiaoguang menegaskan bahwa setiap kegiatan pro-kemerdekaan yang berupaya memisahkan Taiwan dengan Cina tidak akan ditoleransi. "Kami dengan tegas menyerang dan melawan berbagai bentuk kegiatan kemerdekaan serta separatis Taiwan guna menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," ujarnya.
Pada Senin lalu, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan penyatuan kembali Taiwan dengan China daratan adalah sesuatu yang tak dapat dihindari. "(Prinsip satu China) tidak akan berubah dengan cara apa pun karena pemilu lokal di pulau Taiwan, juga tidak akan goyah meskipun pernyataan dan tindakan yang salah oleh beberapa politisi Barat," kata Wang.
Wang memang memprotes para pejabat senior Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jepang karena memberi selamat kepada Tsai atas kemenangannya dalam pemilu. Dia mendesak masyarakat internasional untuk tetap berpegang pada "satu Cina" dan menahan diri untuk menjalin komunikasi resmi dengan para pemimpin Taiwan.
"Peremajaan bangsa China dan penyatuan kembali di selat (Taiwan) tidak bisa dihindari. Melawan tren ini pasti akan menemui jalan buntu," ujar Wang.
DPP memenangkan pemiluu Taiwan dengan perolehan suara 57 persen. Dalam pidato kemenangannya, Tsai mengatakan bahwa dia tidak akan berusaha memprovokasi daratan China dalam empat tahun ke depan. Taiwan, kata Tsai, ingin menjadi mitra bagi tetangganya, bukan sebaliknya.
Kendati demikian media pemerintah Chinatetap mencibir kemenangan Tsai. Mereka menyebut kekalahan partai Kuomintang dalam pemilu Taiwan terjadi karena taktik kotor DPP. Media Xinhua bahkan menyebut pemilu Taiwan pekan lalu bukan pemilu normal. Ia mengatakan ada kekuatan gelap eksternal yang mempengaruhi hasilnya.