REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mungkin akan membahas peretasan perusahaan energi Ukraina Burisma dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Penasihat Gedung Putih Kellyanne Conway mengatakan, pembicaraan itu mungkin akan dimasukkan dalam agenda ketika kedua pemimpin negara itu bertemu, Kamis (16/1).
Pernyataan itu muncul ketika Pejabat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Artem Minyailo menyatakan meminta Biro Investigasi Federal (FBI) untuk membantu menyelidiki dugaan serangan siber oleh peretas militer Rusia terhadap Burisma, Kamis (16/1). "Polisi nasional telah memprakarsai pembentukan tim investigasi internasional bersama, yang perwakilan FBI telah diundang oleh kementerian," ujarnya.
Sebuah sumber yang dekat dengan Burisma mengatakan, awal pekan ini situs web perusahaan telah mengalami beberapa upaya pembobolan selama enam bulan terakhir. "Tercatat bahwa serangan peretasan itu mungkin dilakukan oleh dinas khusus Rusia," kata Minyailo.
Minyailo mengatakan, Ukraina telah meminta bantuan FBI dan Keamanan Area 1 mengenai informasi bahwa peretas mencuri data karyawan pribadi dan surel dari eksekutif di Burisma dan perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan lain termasuk perusahaan produksi media Presiden Volodymyr Zelenskiy.
Area 1 menyatakan, belum jelas data apa yang ingin dicuri oleh peretas. Melakukan serangan siber Burisma dapat menghasilkan komunikasi dari, ke, atau tentang Hunter Biden yang menjabat sebagai direktur antara 2014 dan 2019.
Hunter merupakan anak dari Wakil Presiden AS era Barack Obama, Joe Biden. Keduanya menjadi pemicu yang membuat persidangan pemakzulan Trump terjadi. Trump melakukan panggilan untuk mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyelidiki Hunter dan Biden dalam upaya pemilihan presiden November nanti.