Ahad 19 Jan 2020 02:11 WIB

Pengidap Virus Pneumonia China Diduga Lebih Banyak

Jumlah pengidap virus pneumonia seperti di Wuhan, China diduga mencapai 1.700 orang

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Warga menggunakan masker untuk menghindari penyebaran virus pneumonia di pusat kota Tokyo, Kamis (16/1). Jumlah pengidap virus pneumonia seperti di Wuhan, China diduga mencapai 1.700 orang. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Warga menggunakan masker untuk menghindari penyebaran virus pneumonia di pusat kota Tokyo, Kamis (16/1). Jumlah pengidap virus pneumonia seperti di Wuhan, China diduga mencapai 1.700 orang. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Pusat Analisis Penyakit Menular Global MRC di Imperial College London menyatakan, jumlah orang yang sudah terinfeksi oleh virus misterius yang muncul di China jauh lebih besar dari angka resmi. Saat ini dilaporkan 45 kasus, tetapi mereka memperkirakan jumlahnya mendekati 1.700 kasus.

Dua orang diketahui telah meninggal karena virus itu, yang muncul di kota Wuhan pada Desember tahun lalu. Ada dua kasus di Thailand dan satu di Jepang.

Baca Juga

Singapura memberikan perkembangan kalau terdapat lima kasus yang diduga serupa dengan kondisi yang ada di Wuhan.

Singapura dan Hong Kong telah menyaring penumpang udara dari Wuhan. Sedangkan otoritas  Amerika Serikat mengumumkan langkah serupa mulai Jumat di tiga bandara utama di San Francisco, Los Angeles, dan New York.

"Untuk Wuhan yang telah mengekspor tiga kasus ke negara lain akan menyiratkan akan ada lebih banyak kasus daripada yang telah dilaporkan," kata ilmuwan wabah penyakit Profesor Neil Ferguson dikutip dari BBC.

Meski tidak mungkin untuk mendapatkan angka pasti, pemerintah Inggris dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan petunjuk penting untuk skala masalah terletak pada kasus yang terdeteksi di negara lain. Pemodelan wabah, yang didasarkan pada virus, populasi lokal, dan data penerbangan dapat memberikan gambaran. Perhitungan terperinci yang telah diposting secara daring sebelum publikasi dalam jurnal ilmiah menghasilkan angka 1.700 kasus.

Ferguson mengatakan terlalu dini untuk bersikap waspada tetapi jauh lebih khawatir daripada sepekan yang lalu. "Saya secara substansial lebih peduli daripada saya sepekan yang lalu," katanya.

Pejabat China mengatakan tidak ada kasus penyebaran virus dari satu orang ke orang lain. Badan tersebut justru menilai sebaliknya. Mereka mengatakan virus itu telah melewati penghalang spesies dan berasal dari hewan yang terinfeksi di pasar makanan laut dan margasatwa di Wuhan.

"Orang-orang harus mempertimbangkan kemungkinan penularan substansial dari manusia ke manusia lebih serius daripada yang mereka miliki sejauh ini," kata Ferguson.

Para pejabat di China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyimpulkan bahwa infeksi tersebut adalah virus korona. Hanya ada enam dan sekarang bertambah tujuh dengan kasus di Wuhan yang diketahui menginfeksi orang.

Pada kasus ringan, virus ini menyebabkan pilek dan bisa berakibat fatal layaknya severe acute respiratory syndrome (SARS). Jenis ini adalah virus corona yang menewaskan 774 dari 8.098 orang yang terinfeksi dalam wabah yang dimulai di China pada 2002.

Analisis kode genetik virus baru menunjukkan virus itu lebih terkait erat dengan SARS daripada virus corona manusia lainnya. Virus ini telah menyebabkan pneumonia pada beberapa pasien dan berakibat fatal pada dua di antaranya.

"Kami mulai mendengar lebih banyak kasus di China dan negara-negara lain dan kemungkinan, seperti yang ditunjukkan oleh pemodelan ini, bahwa akan ada lebih banyak kasus, di sejumlah negara," ujar direktur badan amal penelitian medis Wellcome Jeremy Farrar.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement