REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berhati-hati dengan pernyataannya. Hal itu dia sampaikan setelah Khamenei mengatakan bahwa perlawanan terhadap Washington harus terus berlanjut.
"Yang disebut 'pemimpin tertinggi' Iran, yang belum begitu superior belakangan ini, memiliki beberapa hal buruk untuk dikatakan tentang AS dan Eropa. Ekonomi mereka hancur dan rakyatnya menderita. Dia harus sangat berhati-hati dengan kata-katanya," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya, Sabtu (18/1).
Pada Jumat lalu, Khamenei mengatakan perlawanan terhadap AS harus terus berlanjut. Perlawanan harus terus berlanjut sampai kawasan ini benar-benar terbebas dari tirani musuh," kata Khamenei merujuk pada AS.
Menurut dia, dibunuhnya Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qasem Soleimani pada 3 Januari lalu menunjukkan sifat teroris AS. "Pasukan Quds adalah organisasi kemanusiaan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang melindungi orang-orang di seluruh kawasan," ujar Khamenei.
Ia pun kembali menyinggung tentang serangan misil Garda Revolusi Iran ke basis militer AS ke pangkalan udara Ain al-Asad di Irak. Serangan itu dilaporkan melukai 14 pasukan AS.
"Fakta bahwa Iran memiliki kekuatan untuk memberikan tamparan kepada kekuatan dunia menunjukkan tangan Allah," kata Khamenei. Dia menyerukan persatuan nasional untuk menghadapi AS.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.
Soleimani disebut sebagai "otak" pembentukan paramiliter yang membidik Israel dan kepentingan AS di seluruh Timur Tengah. Munculnya kelompok Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman diyakini berkat peranan Soleimani.