REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Presiden Lebanon Michel Aoun meminta tentara dan komandan keamanan memulihkan ketenangan di Beirut. Pada Sabtu (18/1) malam waktu setempat, pasukan keamanan bentrok dengan para pengunjuk rasa.
"Aoun menyerukan kepada mereka untuk melindungi keamanan para pengunjuk rasa damai, dan properti pribadi dan umum, serta memulihkan ketenangan di pusat Beirut," ujar presiden dalam pernyataan kantor kepresidenan Lebanon, Sabtu.
Polisi Lebanon menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah ratusan pendemo anti-pemerintah di Beirut. Wartawan CNN yang tengah berada di dekat Lapangan Martir Beirut menyaksikan para pendemo melemparkan bom molotov, batu, dan kembang api ke arah polisi.
Para pengunjuk rasa menyasar leser ke arah polisi guna menghalau polisi menembakkan gas air mata. Bentrokan itu berlangsung selama kurang lebih dua jam.
Dilansir CNN, Palang Merah Lebanon mencaat, lebih dari 80 orang dirawat di rumah sakit, dan 140 orang lainnya mendapatkan perawatan di tempat kejadian. Demonstrasi Lebanon telah terjadi sejak Oktober tahun lalu. Para pendemo menuntut krisis ekonomi terburuk yang pernah terjadi di negara itu.
Akibat dmeo yang meluas, Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengundurkan diri tahun lalu. Kini, Hariri hanya memimpin negara itu dalam peran sementara.
Reuters, MTV Lebanon, dan Al Jadeed TV mengatakan, anggota kru mereka terluka dalam bentrokan di Beirut tengah ketika mereka meliput protes di luar barak Helou, yang merupakan milik Pasukan Keamanan Internal.
Saad Hariri, pun mengeluarkan pernyataan mengecam kekerasan yang terjadi Sabtu. "Adegan konfrontasi, kebakaran dan tindakan sabotase di Beirut Downtown adalah adegan gila, mencurigakan, dan tidak dapat diterima yang mengancam perdamaian sipil dan memperingatkan konsekuensi paling parah," katanya.
"Beirut tidak akan menjadi arena bagi tentara bayaran dan kebijakan yang disengaja untuk menyerang kedamaian gerakan rakyat," ujarnya.