Senin 20 Jan 2020 19:07 WIB

PBB dan Uni Eropa Sambut Hasil Konferensi Puncak Libya di Berlin

Kanselir Jerman Angela Merkel mengundang 11 negara dan 5 organisasi internasional ke Berlin hari Minggu (19/01) untuk bahas konflik di Libya. Semua pihak sepakat mengawasi penerapan gencatan senjata.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/A. Nikolsky
picture-alliance/dpa/A. Nikolsky

Angela Merkel mengatakan konferensi sehari di Berlin telah menciptakan "semangat baru" untuk menemukan solusi bagi konflik di Libya. Para pemimpin dunia yang menghadiri KTT perdamaian Libya di Berlin hari Minggu (19/01) sepakat untuk menerapkan embargo senjata yang ketat. Kedua pihak yang bertikai sepakat menghentikan pertempuran.

Kesepakatan embargo senjata ditandatangani oleh 16 negara dan organisasi internasional yang hadir di Berlin. Embargo senjata itu akan diawasi dengan ketat di bawah koordinasi PBB. Kedua pihak yang bertikai, Perdana Menteri Libya Fayez Sarraj dan Jenderal Khalifa Haftar juga hadir di Berlin, sekalipun tidak melakukan pembicaraan secara langsung.

"Kami menyetujui rencana komprehensif ke depan. Saya dapat mengatakan bahwa semua peserta bekerja sangat konstruktif bersama-sama," kata Angela Merkel usai pertemuan puncak.

"Kita semua sepakat bahwa kita harus menghormati embargo senjata, dan bahwa itu harus diawasi lebih ketat daripada sebelumnya," tegasnya.

Merkel menambahkan bahwa para pemimpin internasional yang menghadiri pertemuan puncak telah sepakat untuk terus mengadakan pertemuan tambahan guna memastikan bahwa proses itu berlanjut, sehingga "warga di Libya mendapatkan hak mereka untuk kehidupan yang damai."

Merkel juga menjelaskan bahwa Perdana Menteri Libya yang diakui PBB, Fayez Sarraj, dan komandan milisi Pasukan Nasional Libya (LNA) Jenderal Khalifa Haftar memang belum bisa "duduk bersama atau bertemu" karena "masih ada ketegangan di antara kedua pihak."

PBB: "Akhirnya ada gencatan senjata"

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak kekuatan dunia untuk "menahan diri dari campur tangan" dalam konflik di Libya. Guterres mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers usai pertemuan di Berlin: "Saya tidak bisa lebih tegas lagi menekankan bahwa kesimpulan (pembicaraan) di pertemuan puncak ini adalah bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik di Libya."

"Saya berharap komitmen yang dibuat hari ini akan berkontribusi pada solusi yang langgeng untuk krisis Libya. Kita perlu gencatan senjata. Kita tidak dapat memantau sesuatu yang tidak ada," kata Guterres. "Sekarang ada gencatan senjata."

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Wakil Presiden Komisi Josep Borrell dalam sebuah pernyataan bersama mengatakan: "Para peserta telah berkomitmen untuk menahan diri dari segala tindakan dan dukungan militer lebih lanjut kepada pihak-pihak yang akan membahayakan gencatan senjata. Ini adalah langkah maju yang penting."

'Langkah kecil ke depan'

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyambut baik kemajuan yang dicapai dalam konferensi itu dan menyatakan KTT itu sebagai "langkah kecil ke depan." Sedangkan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang mewakili Presiden AS Donald Trump, menggambarkan perkembangan hari Minggu sebagai sesuatu yang "produktif."

Kanselir Jerman Angela Merkel mengundang para pemimpin dari 12 negara serta PBB, Uni Eropa, Uni Afrika dan Liga Arab ke KTT di Berlin. Para pemimpin yang hadir antara lain Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Sekitar 150 orang berkumpul di depan gedung parlemen di Berlin memrotes kehadiran Jenderal Khalifa Haftar. Salah satu plakat yang dibawa bertuliskan: "Haftar membunuh anak-anak Libya".

hp/ae (dpa, rtr, afp)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement