REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Setelah Kanada, kini Ukraina yang mendesak Iran untuk mengembalikan kotak hitam dari pesawat Ukraina yang jatuh. Bahkan pada Senin (20/1) Menteri Luar Negeri Ukraina, Vadym Prystaiko, juga meminta Iran untuk berkomitmen dalam penyelidikan jatuhnya pesawat Ukraina Airline Rabu (8/1) sebelumnya.
Tak berhenti di situ, Prystaiko yang berbicara sebagai delegasi, mengunjungi Menteri Jalan dan Pengembangan Perkotaan Iran, Mohammad Eslami sebagai pimpinan pertemuan untuk membahas insiden itu.
“Tugas utamanya adalah meminta maaf dan mengakui apa yang terjadi," Ujar Prystaiko seperti dilansir Reuters, Selasa (21/1).
Dia melanjutkan, pihaknya mengharapkan langkah lebih jauh dari sekadar diskusi politik, dan mulai mendiskusikan masalah praktis. Sambung dia, pengembalian kotak hitam ke Ukraina menjadi hal yang diutamakan.
Lebih jauh, pihak kantor Presiden Volodymyr Zelenskiy juga mengatakan hal serupa. Di mana para ahli Iran diharapkan menimbang kemampuan teknis yang dimiliki Ukraina, untuk memecahkan kode kotak hitam.
“Saya berjanji kepada keluarga dan kerabat para korban, saya berjanji kepada orang-orang Ukraina bahwa kebenaran akan ditegakkan. Kita harus tahu apa yang terjadi,” ujar pernyataan tersebut seperti mengutip dari pernyataan Zelenskiy kepada menteri Iran.
Sebaliknya, Iran pada Ahad (19/1) kemarin juga menuturkan, pihaknya sedang berusaha untuk menganalisis kotak hitam tersebut. Pihaknya juga membantah laporan sebelumnya, yang menyebut bahwa Iran akan menyerahkannya ke Ukraina.
“Awalnya mereka menyatakan bahwa mereka menyerahkannya, kemudian orang yang sama menyatakan bahwa mereka tidak menyerahkannya. Ini menciptakan beberapa kesalahpahaman di Ukraina dan kami mulai ditanya: apakah mereka diserahkan atau tidak?" Ujar pernyataan Ukraina.
Dengan adanya bencana ini, dinilai telah meningkatkan tekanan internasional terhadap Iran. Terlebih ketika negara itu, sedang berselisih dengan Amerika Serikat terkait program nuklirnya dan pembunuhan jenderal Iran.
Menanggapi jatuhnya pesawat itu, militer Iran beranggapan bahwa ada kesalahan serangan langsung antara Iran dan AS. Namun demikian, pihak Iran baru mengakui kesalahan itu setelah kasus berlarut, sehingga protes terjadi dalam beberapa hari terakhir di Iran.
Seperti diketahui, mayoritas korban dalam jatuhnya pesawat itu adalah masyarakat Iran dengan kewarganegaraan ganda. Namun demikian, karena Iran tidak mengakui kewarganegaraan ganda, Iran akan memperlakukan para korban sebagai warga asli Iran. Sedangkan mayoritas jumlah penumpang lainnya, berasal dari Kanada dengan 57 orang.